MAN JADDA WA JADDA
Canda tawa usai setelah senja
tiba,kuberjalan melangkah pulang dengan hati hampa.
Sungguh rasanya tak ingin aku
beranjak melangkah dari tempat itu,bagiku sekolah adalah rumah kedua setelah
rumah nenek dan kakek.
Rasa sunyi,sepi kerap menyapa
hari-hariku,hidupku pincang tanpa sosok ayah dan hatiku buta serta tuli
kehilangan kasih sayang seorang ibu,semenjak ayah melangkah dari pintu itu
gairah hidupku berkurang tapi kubisikan pada hatiku bahwa aku kuat dan bisa
melanjutkan hidup,akan kugapai semua impian ditanah ini atau ditanah orang
lain.
“Hanna jadi kesurau bareng gak?”
Teriak gita memanggilku
“iyah git jadi”
Gita adalah sahabat karibku,dia yang
selalu memahamiku ketika yang lain beranggapan negatif tentang anak broken home
seperti diriku,Gita lah orang pertama yang membelaku,akupun ingin menunjukan
bahwa tak semua anak broken home salah arah.
Untuk melaksanakan kewajiban sebagai
seorang muslim aku selalu menyempatkan diri mengunjungi surau,ada hal berbeda
ketika aku disana,rasa tentram dan nyaman yang menyelimuti diriku.
Malam mulai semakin larut,aku dan
gita masih didepan surau,tiba-tiba bu ustadzah menghampiri kita.
“kok belum pulang nak?” tanya bu
ustadzah
“masih betah disini bu” jawabku
sembari tersenyum
“sekolahnya kelas berapa ?” tanya bu
ustadzah
“kelas 3 Aliyah bu” sahut Gita
“setelah lulus pada mau kemana?lanjut
kuliah apa kerja?” Lanjut bu ustadzah
“kalau ada biayanya sih mau kuliah
bu”jawabku
“yasudah mau kuliah atau kerja yang
penting ada faedahnya nak,ingat selalu man jadda wa jadda” sambung bu ustadzah
Mendengar ucapan bu ustadzah hatiku
semakin yakin melangkah mengarungi dunia ini,meraih mimpi setinggi langit
merangkai mimpi bersama ribuan bintang bintang.
“han,pulang yuk” ucap gita
membuyarkan lamunanku
Kamipun bergegas melangkah
pulang,sesampainya dirumah,nenek menungguku untuk makan bersama,beliau sudah
seperti ibuku,mencemaskanku saat aku pulang telat,menjagaku saat aku sakit dan
mengingatkanku saat aku lalai dalam menjalankan kewajiban.
Malam ini sangat sunyi hanya terdengar
derikan jangkrik dan saat itu pula imajinasiku mulai bermain diatas
lamunan,kerinduan tiada tara pada ayah dan ibu turut mengisi kesepianku,namun
apa daya,hanya do’a yang bisa kulantunkan pada kerinduan ini dan airmata yang
jadi saksinya.
Malam semakin larut dan tiba-tiba
handphone ku berdering,dan betapa kagetnya ketika aku lihat ternyata ayahku
yang menelfon,antara sedih dan senang akupun tak tau.
“halo,assalamu’alaikum” ucap ayah
“wa’alaikumsalam wr.wb” jawabku
sembari gugup
“sekolahnya gimana han?”
“alhamdulillah lancar yah”
“oh yaudah syukur,adikmu kemana?”
“masih di pesantren yah”
“oh yaudah ayah sibuk,udah dulu yah
assalamu’alaikum”.
Sebelum aku jawab salam ayah sudah
menutup telfonnya,sungguh campur aduk perasaanku,antara marah,kecewa tapi aku
berusaha tegar dan aku ingat ada adikku yang lebih hancur hatinya ketika orang
tuaku memutuskan untuk bercerai,bagaimana tidak waktu itu adikku masih kecil
dan masih sangat minim perhatian jadi aku berusaha menjadi kakak dan orang tua
kedua baginya,menjadi contoh yang baik untuk mimpi-mimpinya.
Kring...kring...kring... terdengar
jam bekerku berbunyi,menandakan waktu subuh telah tiba,akupun segera bangun dan
mengambil wudlu,selesai shalat aku menyiapkan keperluan sekolahku,kebetulan
hari ini hari pertamaku ujian jadi kusempatkan belajar sebelum mandi.
“hana ayo berangkat” teriak gita
“iyah git tunggu”
Kamipun bergegas berangkat
sesampainya disekolah bel langsung berbunyi,seperti inilah kebiasaan
kami,maklum jarak dari rumah kesekolah cukup jauh terus kita Cuma naik sepeda
itupun sampe terengah-engah kita mengayuhnya.
Ujianpun dimulai tapi aku sudah siap
sebab tadi pagi sudah menyempatkan untuk belajar,disekolah aku selalu dijuluki
miss pelit sebab saat ujian aku tak mau memberikan jawaban pada teman-temanku
karna aku takut walaupun tidak ketahuan guru tapi Allah maha tau.
Aku wanita yang berprinsip mau
dibilang kuno,gak zamani aku gak perduli,aku masih setia pada komitmenku dan aku
tak ingin menodai komitmen itu.
Setelah ujian selesai ada sosialisasi
dari salah satu pabrik dimalaysia,antara dilema mau kuliah atau
bekerja,imajinasiku buyar membayangkan kalau aku kuliah bagaimana dengan
sekolah adikku,sementara nenekku sudah tua tak mungkin kami terus-terusan
meminta kepada mereka,dan dari saat itu aku memutuskan untuk bekerja.
Ujian telah berakhir dan
Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang memuaskan.
Dengan rasa penuh semangat untuk masa
depan kuisi selembar formulir untuk mendaftarkan diri kepabrik malaysia,namun
sayang aku kekurangan salah satu dokumen untuk persyaratannya. Dan waktu itu
aku sempat putus asa,kenapa Allah mengujiku berulang-ulang,tapi aku sadar bahwa
disetiap musibah pasti ada anugrah begitupun sebaliknya,dan aku mulai kembali
bangkit kubuat surat lamaran kucari kesana kesini demi impianku dan impian
adikku,dan akhirnya aku ketrima disalah satu perusahaan,namun aku hanya bisa
sejajar dengan direct sales,maklum lulusan SMK sepertiku mau kerja apa bahkan
sarjana-sarjanapun banyak yang menganggur jadi aku berusaha selalu bersyukur.
Satu tahun aku bertahan diperusahaan
itu namun aku merasa hidupku tetap jalan ditempat,maka dari itu kuputuskan
untuk resign dan melanjutkan impian untuk pergi kenegeri jiran.
Berbulan bulan aku menunggu dan
akhirnya aku bisa berangkat,sebenarnya aku tak mau jauh dari keluarga tapi
impianku selalu menguatkanku,aku tak iri pada teman-temanku yang bisa
bersanding dosen dan bangku kuliah karna menurutku ilmu bukan hanya didapat
dari bangku sekolah saja apalagi sekarang internet sudah canggih kita bisa tau
apa yang dipelajari anak kuliah,tergantung kitanya mau tau atau tidak,mau
berwawasan atau diam ditempat,ilmu itu pilihan bukan takdir.
sampai di malaysia kutemukan
teman-teman baru,suasana baru dan pelajaran baru,pelajaran yang mengharuskanku
tetap sabar dan bersyukur pada situasi apapun.
Dunia kerja yang kulakoni tidak
seindah yang aku bayangkan,bekerja dibawah tekanan orang rasanya sungguh
nelongso kata orang jawa sih,maka dari itu aku tak ingin adikku merasakan hal
sepertiku,aku tak pernah menceritakan ketidakpuasanku disini selalu kuceritakan
bahwa aku bahagia.
Berbulan-bulan aku disini dan aku
mulai belajar dari negeri ini terutama tentang ISLAM,sungguh ilmu agamaku masih
dibilang sangat minim tapi aku bersyukur dipertemukan dengan orang-orang yang
mau mengajariku tentang islam,menceritakan tentang sejarah islam,cerita para
nabi,dan cinta menurut islami.
“hana jom kantin” ujar bang fikri dan
ka farah mengajakku,mereka sudah kuanggap sebagai kakak sendiri,mereka pula
yang mengajariku tentang segala hal disini,tapi yang berbau positif loh,hehehe
“eh menurut kalian percaya tak cinta
selepas kawin?” tanya ka farah
“kalau aku percaya,sebab cinta tu
tumbuh seiring berjalannya waktu” jawabku penuh percaya diri
“kalau aku tak,bagaimana bisa cinta
kalau tak pacaran dulu” sambung bang fikri
“apalah fikri kau ni cakap macam tak
pakai mulut,pacaran tuh dosa tau,yang boleh tuh ta’aruf,betul tak na?” tanya ka
farah
“iyah kak betul” sambungku
“iyalah-iyalah aku salah,sorry” ujar
bang fikri
Kamipun bercanda tawa sampai waktu
rehat telah usai.
“han lepas ni jom pergi makan angin”
ajak ka farah
“nak kemana ka?”
“ketempat yang tenang buat refresh
otak,hehehe” jawab ka farah
Time pulang telah tiba aku dan ka
farah bergegas menuju tempat buat refresh otak,setelah sampai betapa
terkejutnya aku melihat pemandangan yang sangat luar biasa yang sangat
indah,sungguh subhanaalah ciptaan Allah.
“ka farah aku tengok ni jadi
terkenang NEGERI ku” jawabku sembari meneteskan air mata,entah hatiku kenapa
yang pasti aku merasakan kerinduan pada INDONESIA,pada keluarga.
“eh kenapelah kau ni dek,ceritakan
pada akak macam mana INDONESIA tuh?”tanya ka farah
“INDONESIA sangat indah banyak
lukisan alam ciptaan-NYA disana,Negeriku kaya akan alam tapi sayang dirampas
oleh sabagian oknum tidak bertanggung jawab,tapi aku yakin negeriku bisa
bangkit,kenangannya selalu melekat dalam hati,suku,budaya dan tradisi masih
sangat kental” jawabku penuh haru
Dan rupanya kak farahpun ikut terharu
mendengar celotehanku.
“mendengar ceritamu akak nak ke
INDONESIA dek” ujar ka farah
“jom lah kak ikut nanti aku ajak
pusing-pusing,hehehe” jawabku sembari membuyarkan suasana haru
Tanpa sadar waktu sudah senja aku dan
ka farah segera pulang,sesampainya dirumah aku segera mandi,shalat dan
membaringkan tubuhku,rasa lelah kerap menyapa tapi ketika membayangkan senyum
adik-adikku rasa lelahku berkurang,dalam fikiranku,setidaknya lelahku membawa
senyum mereka dan semoga juga lelahku menjadi lillah kedepannya.
Esok harinya seperti biasa aku
bekerja,time rehat aku,bang fikri dan ka farah duduk diteras kilang.
“dek ngomong-ngomong kamu dah pernah
jatuh cinta?” Tanya bang fikri penasaran
“haha apalah abang ni,aku masih
normal tau,pasti pernah lah tapi ya begitulah..” jawabku lirih
“ceritalah begitu gimana?” sambung ka
farah penasaran juga
“ Aku pernah jatuh cinta,waktu masih
jaman sekolah,dia baik,rajin shalat,pandai pula,banyak yang menyukai dia tapi
dia tak kesah,dia malah menyukaiku waktu itu akupun suka tapi semakin hari rasa
takut menghantui aku,antara takut dimarahin orang tua,takut dosa juga ka”
jawabku
“ko dimarahin orang tua,kenapa?”
Tanya bang fikri
“waktu tu aku tengah sekolah abang”
jawabku sembari tersenyum
“lalu dah berhenti sekolah bolehlah
jatuh cinta lagi” sambung ka farah
“apalah akak ni,aku dah
insyaflah,hahaha jangan bikin aku terjebak diruang nostalgia lagi.” Jawabku
sembari tertawa dan beranjak meninggalkan mereka.
Rasa syukur dipertemukan dengan
orang-orang baik disini dan memang benar man jadda wa jadda barang siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Mimpiku satu persatu terwujud,melihat
adikku bahagia,membuat usaha dan sebagainya.
Aku bersyukur atas nikmat-NYA dan aku
yakin jika aku tak melupakan-NYA,DIA pun pasti melebihinya.
Allah adil dalam segala hal,jika kau
berfikir tak ditemukan kebahagiaan itu salah,sebenarnya kau hanya sedang diuji
kesabaran,yang hanya perlu kau lakukan ialah menikmati proses menuju
kebahagiaan.
Senai,12
nopember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar