Suara kokok ayam sudah terdengar nyaring ditelinga,segera kubuka mataku namun rasa dingin membuatku ingin menutup mata kembali tapi kuurungkan setelah kudengar adzan berkumandang,segera kulaksanakan kewajibanku dan melawan rasa dingin yang menerpa tubuh ini.
Ingin rasanya tidur kembali tapi tak tega ketika kulihat ibu sudah bertempur didapur,aku memang bukan anak baik tapi bukan berarti aku malas,apalagi melawan orang tua karna aku mempercayai syurga masih ada pada telapak kaki ibu.
Pagi ini aku ingin pergi namun seperti biasa ayah melarangku,dia selalu berkata bahwa feelingnya tidak enak,mau tidak mau kubatalkan semua janji dengan temanku.
Bosan,jenuh tidak pernah luput dari hidupku ingin rasanya bebas tapi tak bisa kulakukan,ingin rasanya pergi sesuka hati tapi tidak bisa juga kulakukan.
Hanya kamar dan lingkungan rumahku saja yang jadi objek memuaskan hati,terkurung dalam sepi karna semua sahabatku sibuk dengan urusannya masing masing.
“Ca... Sini dulu,ibu mau ngomong” ujar ibu memanggilku
“Iyah bu” akupun segera datang
“kamu mau kerja kemana lagi?” tanya ibu
“aku pengen keluar negri lagi bu” jawabku halus
“tidak usah jauh jauh nak,disinipun bisa kan dapet duit” ujar ibu
Mendengar perkataan ibu, aku tertunduk diam,mimpiku seakan berada diujung jalan.
Ingin rasanya menolak tapi hati enggan untuk menolak,kuputuskan untuk tinggal dirumah dan mengurung diriku sendiri dikesepian,jika ditanya apa kau bahagia,kujawab aku bahagia padahal hati tetap menolak untuk bahagia.
Kesepian macam apa yang kusuguhkan untuk diriku sendiri,semua itu membuat hemaglobinku naik diatas rata rata,membuat kepalaku terasa berat untuk bangun, sempat kututup tutupi rasa sakit yang kuderit tapi akhirnya aku menyerah juga.
Hari ini kuputuskan untuk pergi kesuatu tempat tidak ditemani siapa siapa,hanya sendirian dengan langkah yang terbata bata,dengan udara dingin yang terasa hingga tulang rusuk,kali ini aku benar benar merasa sendirian,hanya Allah yang menemani setiap langkah dan hanya Allah yang mengerti hati serta perasaanku.
“Ca,ngapain disini?” ujar ares mengagetkan
Kutatap alam sekitar dan ku katakan “aku nyaman disini res,jika aku membesarkan egoku mungkin aku gak akan pulang,tapi hati ku tak sanggup meninggalkan orang tuaku”
Dengan mata yang berkaca kaca aku coba membalikkan wajahku,aku tak ingin ares tau tentang kesedihanku.
“aku dengar kamu sakit?” tanya ares lagi
“Nggak ko res” dengan senyum kecil kubalas pertanyaan ares
“gak usah bohong ca,aku tau kamu sakit” tegas ares
Menghindari pertanyaan ares aku segera bangkit dan pergi.
Ares mengejarku namun aku tetap menghindar,semenjak saat itu aku dan ares jarang bertemu,padahal kita tetanggaan namun semenjak kejadian itu aku menghindar dan tak mau bertatap muka dengannya.
Kusadari aku sangat egois,tapi entahlah aku kalah dengan keegoisanku.
Hari ini,dirumah ibu ada acara halal bihalal seperti biasa aku turut membantu namun ditengah tengah hari dadaku terasa sesak,segera aku masuk kamar karna aku takut semua orang tau dan melihatku kesakitan,hari hampir sore namun sakitku tak kunjung sembuh rasa sesak didadaku hampir membuatku putus asa.
“ca...kamu dimana?” ujar ibu memanggilku.
Aku panik mendengar ibu,ingin kujawab tapi nafasku masih sesak,tidak mungkin aku keluar dengan nafas yang terbata bata.
Aku hanya menangis sembari menahan sesak didada,mendengar ibu terus memanggilku,dadaku semakin sesak,terdengar ibu membuka pintu akupun menangis.
“Kamu kenapa ca?” tanya ibu penuh kecemasan
“Caca gakpapa bu” aku kembali berbohong namun kali ini ibu mengetahui kebohonganku,ibu melihat wajahku pucat dan nafasku terbata bata.
“sampe kapan kamu bohong nak? Ayo kita ke dokter” ujar ibu
“Gak mau bu,caca Cuma flu aja” tolakku dengan senyum terpaksa.
Ibupun pergi meninggalkanku,namun kemudian datang kembali bersama ares,mereka membujukku untuk kerumah sakit namun aku tetap menolak.
Hingga tiba dimana ibuku menangis,sungguh aku sangat sakit melihat ibuku menangis,dengan rasa terpaksa aku mengiyakan untuk pergi kerumah sakit.
Berhubung rumah sakitnya jauh aku dan ares berboncengan dan ibu menyusul dengan paman,sesampainya dirumah sakit ibu mengantarku masuk dan ketika giliranku dipanggil ibu ikut masuk keruang pemeriksaan,sempat kularang namun ibu memaksa ikut,dengan terpaksa akupun masuk bersama ibu.
Sesampainya didalam,dokter memeriksaku dan berkata kalau saluran pernafasanku sempit maka aku harus masuk ruang UGD untuk dioksigen dan dinebulazer,ibu menyaksikanku menggunakan alat bantu pernafasan,terlihat raut muka kecemasan dimatanya,segera kubalas dengan senyum dan kata kata meyakinkan kalau aku baik baik saja.
Setelah selesai aku segera pulang dan ditengah tengah perjalanan ares bertanya lagi padaku “kamu sebenernya sakit apa ca?”
“menurutmu aku sakit apa res?” dengan senyum aku balas pertanyaannya.
“sakit hati,gak mungkin kayanya hehehe” jawab ares dengan canda.
“Hehe gak mungkin lah,sebenernya aku sakit asma res” jawabku sambil melempar senyum kecil
“Sejak kapan?” tanya ares dengan nada pelan
“Sejak aku masih sekolah aku terkena alergi debu,namun aku tetap acuh pada penyakitku,kuyakinkan kalau aku baik baik saja,namun kemudian ketika aku bekerja aku tidak bisa memungkiri kalau aku terkena gejala asma dan kemudian hari ini dokter memfonisku bahwa aku terkena asma res bukan gejala lagi” mataku mulai berkaca kaca sembari memandangi obat obatan yang masih kupegang
Ares hanya terdiam mendengar ceritaku,dan kemudian dia menyemangatiku sambil berkata “Allah itu adil ca,gak akan ngasih ujian dibatas kemampuan hambanya,kamu termasuk orang istimewa ca,terus semangat”
“Iyah res,makasih untuk semuanya”
Setelah itu Ares selalu ada untukku mengantarkanku kemanapun aku pergi begitupun ibu yang mulai mengizinkanku kemanapun aku suka,ketika penyakitku kambuh dunia rasanya gelap,aku takut pergi sebelum aku menjadi orang baik.
Hari ini kututup mata sembari menikmati sunrise didesa,embun yang menyelimuti daun menetes disela sela jemari,aku sadar betapa baiknya Allah pada hambanya. Semua yang ada didunia ini Allah ciptakan dengan sukarela tanpa meminta sepeserpun pada hambanya,alam yang subur dan yang terpenting oksigen,Allah memberikan oksigen dengan Cuma Cuma namun terkadang kita tidak mensyukurinya.
“Ca,masuk yu udah mulai panas” terdengar suara ibu sembari menepuk pundakku
“Nanti bu,lagi nikmatin sinar matahari” tolakku dengan nada lembut
“yaudah kalau mau disini ibu masuk dulu ya”
Ibupun segera masuk,namun beberapa menit kemudian terdengar ketukan pintu. Ibu segera membukanya.
“Assalamu’alaikum bu” ujar nina sahabat kecilku
“wa’alaikum salam wr.wb,eh nina,pulang kapan nduk?”
“baru aja bu,caca mana?”
Ibu menunjuk keluar teras dan nina pun segera menghampiriku,tanpa berkata terlebih dahulu aku sudah mengetahui kedatangannya,nina memelukku dari belakang.
“Ini pasti nina kan?” Ujarku sembari memutar badan
“iyah kok kamu tau sih” jawab nina heran
“dari kecil kita sahabatan nin,aku masih paham langkahmu,aku masih paham baumu dan aku masih paham getaran persahabatan kita” ujarku sok dramatis
“Ciee si melankolis lagi lagi puitis” ledeknya sembari tertawa
“ca katanya kamu sakit? Please kali ini jangan menghibur diri,kamu sakit asma kan?” tanyanya dengan penuh kecemasan.
Aku hanya mengangguk pelan sembari menebar senyum,namun nina mulai berkaca kaca sembari memegang tanganku.
“nin aku gakpapa,aku malah bersyukur Allah ngasih aku ujian seperti ini” jawabku menenangkam
“Kenapa gitu ca?”
“dengan penyakit ini aku sadar betapa baiknya Allah nin,Dia ngasih kita oksigen dengan gratis,coba bayangkan kalau kita nafas pake tabung oksigen yang ada dirumah sakit gak kebayang berapa kita harus bayar setiap harinya,namun Allah gak seperti itu Dia ngasih kita oksigen dengan gratis dari kita kecil sampe gede” ujarku
Ninapun mengangguk menyetujui perkataanku,saking asiknya berbincang bincang tak terasa matahari sudah tepat diatas kepala dan suara adzan dzuhur sudah berkumandang,ninapun mengajakku sholat dimasjid,tidak biasanya dia seperti itu.namun segera ku turuti permintaannya.
Kamipun bergegas berangkat,sesampainya disana kami bertemu ares yang sedang duduk seperti menunggu seseorang.
“Res udah sholat?” tanyaku
“udah ca,tadi udah jama’ah,kalian telat datengnya” ujar ares
“Yaudah kita sholat dulu res”
Setelah selesai sholat kulihat ares bertemu apoteker,belum sempat kutanyakan dia sudah keburu pergi.
Keesokan harinya aku berniat untuk menanyakan perihal dimasjid namun hingga sore aku belum bertemu ares,ketika aku hendak sholat magrib dimasjid aku bertemu ares dan segera kuhentikan langkahnya.
“Res... Kemarin aku liat kamu ketemu apoteker,kamu kenapa?” tanyaku
“gakpapa ca itu temenku” jawabnya
“siapa? Kok aku gak kenal,kalau temenmu aku taulah kita kan sahabatan dari kecil” tanyaku menegaskan
“Hmmm besok aja ya ca aku ceritain,ketemu ditempat biasa,sekarang sholat dulu”
Akupun mengiyakan dan keesokan harinya kita bertemu.
“ca sebenernya aku juga sakit,malah harus minum obat seumur hidup,iyah aku sakit hati kronis ca,tidak ada yang tau hanya aku dan orang tuaku saja”
Mendengar pengakuan ares aku menunduk dan tidak percaya segera kulontarkan candaan padanya “kalau boong jangan kelewatan res ntar beneran loh,nanti hatinya berubah jadi mejikuhibiniu hehehe”
Dengan senyum kecil ares berkata lagi “aku beneran ra aku gak boong”
“nggak nggak,nggak mungkin,kamu keliatan tenang tenang aja res,gak ada rasa cemas atau khawatir pada mukamu itu” elakku dengan ketidak percayaan
“Ikhlas ca,seperti yang aku pernah bilang kekamu Allah itu adil,jika kita ikhlas pada takdir, Allah juga bakal ngasih kita hadiah nantinya,jika kita dikasih cobaan seharusnya kita bersyukur karna Allah masih memperhatikan kita,yang harus kita cemaskan itu ketika Allah tidak lagi memberi cobaan pada kita,itu artinya Allah sudah tidak perduli lagi pada kita,maka dari itu kita harus ikhlas dan sabar”
Mendengar perkataan ares tanpa sadar pipiku sudah basah,selama ini aku selalu mengeluh dan bertanya kenapa,kenapa dan kenapa aku? Padahal jika mataku terbuka lebar bukan hanya aku yang diberi cobaan banyak yang lebih parah dari aku,selama ini aku lupa seperti apa caranya ikhlas dan seperti apa caranya bersyukur.
Sampai akhirnya Allah memberiku ujian karna Allah mau memberiku pelajaran tentang ikhlas sabar dan syukur,hari ini ares membuka pemikiran serta hatiku.
“Res,ajari aku untuk ikhlas” sembari tersendu sendu aku menundukkan kepalaku dan kemudian menatap langit yang mendung seolah ikut merasakan nuansa batinku,hujanpun turun,aku dan ares masih duduk merenungi arti hidup yang hanya sekali.
“aku kamu dan mereka pasti bisa ikhlas asal selalu ingat bahwa kita hidup hanya sementara dan nantinya bakal kembali pada-Nya juga” ujar ares
Akupun mengangguk dan segera pulang sembari menikmati butir butir air hujan yang membersihkan fikiran serta menumbuhkan senyuman keikhlasan.
Gadingan,02/08/2018