Sabtu, 28 Oktober 2017

BROKEN HOME

Rintik hujan membasahi tubuhku disepanjang perjalanan, entah akan kemana kulangkahkan kakiku. Tubuhku bergetar setelah kusaksikan pertengkaran orang tuaku, hatiku seperti tidak pada tempatnya. Aku takut akan sebuah perpisahan air hujan menjadi saksi kepedihanku malam itu.
Tiba tiba sebuah payung melindungi tubuhku, segera kuangkat wajahku dan kulihat wajah yang menebar senyum kecil mulai mengangkat pundakku untuk berdiri.
"Maafkan ayah" Suara lirih terdengar ditelingaku.
Airmata yang tidak bisa kubendung sedari tadi kini semakin deras.
"Jangan pergi yah, intan butuh ayah" isakku
"Ibu dan ayah sudah tidak bisa bersama lagi nak, tapi intan tenang saja. Kasih sayang ibu dan ayah masih sama seperti dulu. "
Aku segera bangkit, mungkin ini sudah masuk dalam bagian takdirku, yang harus aku lakukan sekarang hanya menerima dan mensyukuri.
Satu bulan telah berlalu, ayah sangat jauh dari penglihatanku, bahkan satu minggu sekalipun dia tidak menemuiku.
Dan dihari pentingku beliau juga tidak hadir, iyah hari ini adalah hari kelulusanku dari sekolah menengah pertama.
Kadang aku iri melihat sahabatku bersama orang tuannya, sedangkan aku hanya sendirian.
Orang tuaku sama sekali tidak ikut andil dalam pendidikanku.
Dan hari ini aku mulai belajar mandiri dari daftar disekolah sampai masalah administrasi aku harus menyicil dengan usahaku sendiri dari bekerja dipasar membantu nenek. Perpisahan mereka benar benar membuatku kesepian namun aku bersyukur Allah mengirimkan malaikat tanpa sayap. Dia adalah nenekku. Sejak ibuku menikah lagi aku tinggal bersama nenekku, walau sebenarnya aku sangat ingin tinggal dengan ayah. Namun seling beberapa bulan ayahpun menikah lagi.
Mereka bahagia bersama keluarga barunya. Bahkan mereka lupa ada satu anak yang setiap saat menunggu digerbang sekolah untuk dijemput pulang seperti teman temannya.
"Intan kok belum pulang sih? " tanya mira sahabatku
"Iyah ra bentar lagi, kamu duluan aja"
Hari semakin sore, aku masih dengan hayalanki sampai rehan datang membuyarkan lamunanku
"Woy..!! Ini udah sore kok belum pulang sih? "
"Oh kamu, ngagetin aja, nunggu jemputan" jawabku ketus
"Siapa yang mau jemput tan, tumben"
Pertanyaan rehan membuatku tertunduk sadar, siapa yang aku tunggu, sekalipun aku tidak pulang tidak akan ada yang mencariku, yang ada aku hanya akan membuat nenek khawatir.
"Eh eh kok galau, kenapa tan?  Yaudah mending pulang bareng aku aja yuk"
Akhirnya akupun pulang bersama rehan
"Eh tan mampir rumahku dulu ya"
"Mau ngapain han? "
"Pamit sama ibu kan aku mau nganterin kamu, tau sendiri rumahmu jauh harus nglewatin benua sama samudra dulu, hahaha"
"Apaan sih lebay deh"
Sesampainya dirumah rehan, aku bertemu ibunya dan ibunya sangat baik padaku.
"Han kamu beruntung yah punya orang tua kaya mereka"
"Jelas tan bersyukur banget"
Mulutku diam seribu bahasa, dalam benakku selalu ada kata andai, andai...
"Udah sampe tan"
Ucap rehan mengagetkanku
"Oh udah sampe yah, makasih han"
"Ok sama sama tan, aku balik dulu yah"
"Iyah hati hati yah"
Akupun segera masuk kerumah, nenekku sudah menanti dengan penuh kecemasan
"Kenapa jam segini baru pulang ndo? "
"Maaf nek tadi gak ada angkot" alasanku
Jika ada orang yang dikirim tuhan sebagai malaikat pelindung bagiku, maka ialah wujudnya, iyah nenekku.
Orang yang selalu mengkhawatirkanku, dan menyayangiku seperti anaknya sendiri.
Semakin bulan aku semakin terbiasa tanpa orang tua. Bahkan aku lupa seperti apa kasih sayang dari orang tua. Namun aku tau suatu saat mereka akan mencariku dan merindukanku.
Sempat hampir aku putus sekolah lantaran biaya namun sekali lagi Allah membantuku, aku mendapat beasiswa sampai kelas 3.
Aku ingin menunjukkan kesemua orang bahwa tidak semua anak broken home identik dengan hal hal negatif, anak broken home juga pantas berprestasi.
Hari ini ayah menemuiku, beliau mengajakku jalan jalan. Saat itu aku yakin janji Allah tidak pernah salah ,Ia akan mengembalikkan kebahagiaan hambanya meski tidak utuh seperti dulu.
"Ayah bangga nak, gak kerasa kamu udah kelas 3,maafkan ayah yang jarang menghubungimu" ucap ayah sembari mengelus kepalaku seperti yang ia lakukan sewaktu aku kecil.
Aku tidak bisa berkata apa apa untuk membalas ucapan ayah. Aku hanya bisa menebar senyum kecil dibibirku.
Setelah pertemuan otu ayah pergi dan tidak mendatangiku lagi begitupun dengan ibu.
Dua istana yang pernah mereka janjikan tidak bisa kudapatkan keduanya, aku tetap pada kegelapan, kesunyian dan imajinasi yang menembus khayalan.
Aku hanya ingin seperti bunga dandelion, terhempas dari satu tempat dan terbang mencari tempat lain untuk hidup bahagia.
Setelah lulus sekolah, aku memutuskan untuk bekerja keluar negeri sembari memperbaiki diri menjadi ibnu batutah sembari menunggu dikhitbah.
Meski berat meninggalkan nenek, namun beliau menguatkanku bahwa semua akan baik baik saja
"Pergilah ndo, kejar mimpimu"
Ucapan nenek padaku yang masih kuingat sampai detik ini.
Segala proses sudah selesai, akhirnya akupun tiba dinegara tetangga.
Hari demi hari kupendam rasa rinsu yang menjalar,kadang air mata keluar tidak beraturan namun kulewati itu semua dengan drama bahagia disetiap langkah.
Sepulang kerja telfonku berbunyi ternyata dari ibuku, seperti yang pernah kubilang suatu saat mereka akan mencariku walaupun yang kurasa kasih sayang yang diberikan itu berpamrih. Namun tidak mengapa selagi aku bisa akan kuberikan apa yang bisa kuberikan.
Suatu ketika saat aku sedang bekerja ada lelaki tua membantuku
"Tidak usah pak biar aku saja,bapak duduklah lagi" aku merasa iba melihat tubuh yang audah rwnta bekerja padahal dia tadi duduk,melihat aku bekerja dia membantuku,dan bapak itu berkata "saya diaini bekerja untuj biaya sekolah anak saya,agar uang yang saya berikan halal maka saya harus bekerja nak"
Mendengar perkataan itu mataku berkaca kaca,dalam benakku aku ingat andai ayahku seperti beliau.
"Kenapa nak?" tanya bapak itu
"Oh gakpapa pak,saya terharu aja"
Hari berganti hari tak terasa kontrakku akan segera habis ada niat untuk menambah kontrak namun aku ingat pada nenek yang sendirian dikampung.
Tiba tiba telfonku berdering
"Hallo Asaalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam, ada apa bu? "
"Nenekmu mau bicara tan"
"Kenapa nek? "
"Pulanglah ndo nenek kangen"
"Minggu depan intan pulang nek"
Kuputuskan untuk segera pulang, betapa twrkejutnya aku ketika sampai dibandara ada rehan yang menyambutku.
"Assalamu'alaikum bos" tuturnya meledek
"Wih dua tahun ngilang sekarang tiba tiba nongol dihadapan"
"Apa kabar tan? "
"Baik han, sukses ya sekarang"
"Eh masih gini aja kok"
"Masa sih, udah punya usaha bakso, udah jadi bos sekarang yah" ledekku
"Bentar bentar tau dari mana? "
"Nenek yang ngasih tau aku"
"Sudah sudah ayo ngobrolnya dirumah aja" ujar nenek
Sesampainya dirumah, sudah ada orang tua rehan, akupun bingung ada apa.
Lalu rehan memandangku
"Tan, kita udah kenal lama, aku pernah bilang kekamu bahwa aku tidak akan ngajak kamu pacaran namun hari ini akan aku ajak kamu kepelaminan, dihadapan orang tuaku dan orang tuamu mau kah kamu menjadi istriku"
Kutengok kebelakang ayah dan ibu tersenyum menghampiriku
"Sekarang saatnya kamu bahagia nak, maafkan ibu dan ayah selama ini jarang memberikan kasih sayang,namun yang harus kamu tau do'a kami tetap bersamamu nak" ayah dan ibu memelukku
"Intan juga selalu berdo'a sama Allah agar moment ini segera tiba,dan hari ini Allah mengijabah do'a2 intan"ujarku terharu
"Rehan jika kamu mencintaiku jangan bawa aku pergi dari rumah ini, karena aku ingin menjaga dan merawat nenek"
Rehanpun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Sejak saat itu aku merasakan kebahagiaan yang utuh dan ini lebih bahagia dari sekedar mendapatselembar ijazah SMA.
Senai, 28 oktober 2017
By : Ruesihdharmaayu