CINTA DIUJUNG SENJA
Gemercik air hujan masih terdengar merdu ditelinga,semerdu
alunan musik yang berirama sampai diri ini terbawa nuansa dan ingin menari
disetiap tetes rahmatNya.
Namaku Naysila seorang gadis yang punya banyak mimpi dan
cita-cita,walau tak jarang orang orang sekitarku mencemooh dan menganggapku
hanya siratu hayal,tapi tidak mengapa. Bukankah mimpi itu perlu kalau kita
ingin maju,aku tidak memperdulikan omongan orang karna aku percaya pada diriku
dan aku pasti bisa menerjang semua aral walau mungkin ada masanya aku
jatuh,bangkit,jatuh lagi,kemudian bangkit kembali.
Hari ini hitamputih telah memudar digantikan oleh pelangi
yang indah,mentari yang mulai condong keatas mulai kembali tersenyum
menghangatkan bumi,suara adzan dzuhur sudah berkumandang dan kugerakkan kakiku
untuk menuju mushola,kebetulan rumahku sangat dekat dengan mushola jadi
kusempatkan untuk berjamaah disana.
Sesampainya disana terdengar suara yang begitu merdu
membacakan ayat-ayat sampai membuatku penasaran,usai shalat suara itu kembali
terdengar,setelah orang orang mulai satu persatu meninggalkan shaf aku masih
tetap diam sembari mendengarkan suara itu,inginku buka tirai pembatas antara
jamaah pria dan wanita tapi apa kata orang nanti,dengan penuh rasa penasaran
aku tetap duduk dan mendengarkan tanpa bergeming sedikitpun.
“Nay,tumben masih disini?” tanya bu haji
“Eh bu haji,iyah bu masih pengen disini aja” jawabku kaget
“yasudah kalau gitu ibu duluan yah”
“iyah bu silakan”
Selepas percakapanku dengan bu haji selesai suara merdu
itupun telah lenyap seketika,terdengar langkah kaki yang beranjak
keluar,kususul langkah kaki itu sampai tasbihku terjatuhpun aku tidak tau.
Namun sayang si pemilik suara merdu itu sudah melangkah
jauh,namun tidak mengapa setidaknya ada shalat ashar yang akan mempertemukan
gerutuku dalam hati.
Waktu ashar telah tiba,kusegerakan berangkat kemushola
sembari mencari tasbihku yang jatuh,namun tidak juga ketemu,setelah shalat
selesai,aku mencari lagi tasbihku yang entah kemana jatuhnya.
Tiba-tiba terdengar suara “kamu nyari apa?” suara yang sama
sekali tidak asing ditelingaku suara yang dulu sempat ada kemudian
menghilang,iyah dia yang bersuara merdu itu.
“hmm aku nyari tasbih jatuh tadi,tapi gak ketemu ketemu nih”
jawabku gugup
“ini tasbihmu?” sembari menyulurkan tangannya
“iyah ini tasbihku,terimakasih” jawabku sembari langsung
meninggalkan laki laki itu,awalnya aku ingin bertemu tapi setelah bertemu aku
malah kabur,sebenernya sih kabur juga gara gara gugup dan malu,hehehe
“tunggu...” saut laki laki itu
“alamak jantungku dagdigdugder tapi ada senengnya
juga,hahaha” gerutuku dalam hati
“nama kamu siapa?” tanya laki laki itu
“namaku Naysila biasa dipanggil Nay,kalau nama kamu siapa?”
“Namaku Fiqar”
“perasaan aku jarang lihat kamu dikampung ini,kamu bukan
orang sini yah?” tanyaku
“kamunya aja yang jarang lihat aku,aku anak bu fatma”
“anak bu haji? Mengada ngada kamu ini,orang bu haji anaknya
Cuma fita aja kok” jawabku ngotot
“yaudah kalau gak percaya,aku kakaknya fita Cuma aku jarang
dirumah aku mondok di jogja dan sekarang baru lulus”
“oh pantes,ngomong ngomong suara ngaji kamu bagus fiq”
“bisa aja,amiinn makasih nay”
Semenjak itu aku dan fiqri mulai akrab,bu hajipun menyukai
kedekatanku dengan fiqri tapi sayang tidak semua orang menyukai kedekatanku
dengan dia,banyak yang bilang kalau aku tidak pantas dengan fiqri dan itu
membuat keluargaku tidak menyetujui kedekatanku dengan dia.
Disuatu ketika,ketika aku sedang bersenda gurau bersama
sahabat sahabatku ada pesan masuk diponselku.
“kamu lagi deket sama fiqri yah?,sakit hati aku sama
kamu,dia itu mntan aku dan aku masih sayang sama dia dan kitapun masih deket
tapi gara gara kami kita jadi renggang tolonglah kamu jauhin dia”
Dan pesan itu dari kakak kelasku noval,sungguh
kecewa,sakit,tapi ya sudahlah anggap saja ini pelajaran.
Sejak saat itu mulai kujauhi fiqri,entahlah sebenarnya aku
mulai nyaman dengannya,namun jika aku memikirkan diriku sendiri banyak hati
yang terluka.
Hari berganti hari bulan berganti bulan kuputuskan untuk
pergi jauh dari kehidupan fiqri,namun Tuhan masih memberi jalan untuk
kami,disuatu kesempatan kami bertemu,namun hanya senyap tanpa suara
sedikitpun,dan aku mulai membuka keheningan.
“apa kabar fiq?”
“Alhamdulillah baik nay,kamu sendiri?”
“akupun baik ko”
Suasana mulai hening kembali,entah apa yang aku rasa aku
ingin mengatakan banyak hal tapi mulutku tetap membungkam.
“kenapa akhir akhir ini kamu jauhin aku?” tanya fiqri
“terkadang kita harus menjaga jarak dengan orang yang sudah
mempunyai pasangan fiq” jawabku
“maksudmu apa?” tanya fiqri heran
“kamu balikan lagikan sama ka noval? Aku hanya gak mau
ngancurin kebahagiaan atau bahkan jadi figuran sekalipun aku gak mau fiq,ka
noval juga tadi udah meringatin aku kok buat jauhin kamu”
“aku gak balikan nay,lagian dia udah lama jadi masalalu ku. Terserah
kamu mau percaya apa nggak tapi aku bicara jujur”
“aku gak tau mana yang benar mana yang salah dan aku gak tau
mau percaya sama siapa,aku pamit dulu yah,Assalamu’alaikum” akupun pergi
meninggalkan fiqri
“wa’alaikumsalam wr.wb”
Hari ini kudatangi mushola,mushola yang mempertemukan aku
dengan fiqri sampai aku mulai merasakan aku telah jatuh cinta padanya,dan
mushola ini juga yang menjadi saksi setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan
setiap Assalamu’alaikum pasti ada wa’alaikum salam,kuikhlaskan semuanya,tentang
cinta,tentang masa depan aku hanya bisa berusaha tapi takdirNya yang
menentukan.
Namun seiring berjalanya waktu,presepsiku tentang fiqri yang
memilih ka noval ternyata salah,diamnya selama ini,hilangnya dia selama ini
hanya semata mata memperbaiki diri dan memantapkan hati untuk memilih pilihan
hatinya.
Satu pesan masuk diponselku.
“Assalamu’alaikum,maaf aku ganggu kamu lagi tapi ini
penting,kumohon temui aku dimushola sekarang”
Antara ragu dan bimbang datang atau tidak,tapi apa salahnya
datang toh dimushola juga,kulangkahkan kaki,sesampainya disana fiqri sudah
menunggu diteras mushola.
“ada apa fiq?” tanyaku langsung to the point
“aku tau mungkin aku salah selama ini memberi harapan kepada
dua wanita tapi sungguh aku tak ada niat seperti itu,aku hanya ingin
bersilatuhrahmi dengan masalaluku dan berjabat tangan dengan masa depanku tapi
kalau kalian menganggap itu salah aku minta ma’af”
“untuk apa dibahas lagi sih fiq,udahlah gakpapa ko” jawabku
sembari tersenyum dan membalikkan badan
“tunggu nay,aku mau kamu jadi masa depanku”
“tapi cinta bukan sekedar pilihan fiq,cinta itu dari hati
bukan karna kebingungan atas pilihan,bagaimana jika pilihanmu salah? Kau akan
menyesal juga nantinya” jawabku tegas
“langit senja ini yang jadi saksi,aku tulus mencintaimu dan
aku merasa nyaman bersamamu,bukan tentang sebuah pilihan tapi ini tentang
cinta,dan akan kubuktikan keseriusanku dihadapanNYA”
Mendengar jawaban fiqri aku menangis dan yakin dia
mencintaiku,Tuhan punya banyak cara dan cerita untuk mempersatukan cinta dan
halangan seberat apapun pasti ada titik penyelesaiannya.
Langit senja tersenyum manis menyaksikan kisah cinta kami
dan sambutan adzan magrib turut mengikuti serta restu orang tua yang
menyelimuti.
Johor,06 Mei 2017
@ruesihdharmaayu