Jumat, 01 Desember 2017
Cinta Dalam Diam
CINTA DALAM DIAM
Tentangmu yang sering kusebut dalam bait bait do'a,yang sampai sekarang masih menjadi rahasia dilauhul mahfudz,aku masih disini memperbaiki diri agar pantas menjadi istri seperti khodijah dan Aisyah.
Walau terkadang wajah wajah sinis menatapku,mereka berargumen sesuka hati mereka karena mungkin mereka mengiraku aneh sebab aku berada dilingkungan yang mungkin jauh darikata religius tapi tak mengapa justru itu menjadi tantangan seperti apa aku patuh terhadap Tuhan.
Namaku zahra aku baru lulus Madrasah Aliyah menjadi seorang santri adalah salah satu mimpiku walau sempat ditentang ibu namun aku berhasil menunjukan kalau aku bisa,kala itu aku hanya bermodal nawaitu dan sampai akhirnya aku bertemu orang baik yang mau mengajarkanku tanpa pamrih sedikitpun dialah bu ustadzah yang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri.
Hari ini kudatangi salah satu perguruan tinggi di jogja,dengan bekal nawaitu dan do'a orang tua aku mengikuti seleksi,sampai akhirnya aku diterima.
"Zahra...! " teriak dinda memanggilku
"Kenapa din?"
"Mau keperpus yah? "
"Iyah din"
"Yaudah bareng yuk"
Aku dan dindapun pergi keperpustakaan.
"Baca apa sih serius amat,love story yah? " ledek dinda
"Yaelah din, gak kok orang lagi baca biologi"
"Love story juga gakpapa kali ra"ledek dinda lagi
"Hmmm apaan sih dinda, eh aku kesana dulu yah mau nyari buku aqidah"
Sedang kupilih buku dirak rak perpustakaan ada tangan yang sama yang mengambil buku yang kupilih, akupun sontak kaget segera kuturunkan tanganku.
"Eh maaf maaf ambil lah" ujarku
"Tidak apa ambillah biar aku cari yang lain" suara seorang lelaki yang kudengar
Tanpa menatap wajahnya aku mengambil buku dan pergi sembari mengucap terimakasih.
Hari terus berganti tanpa disadari aku sudah semester 3,waktu liburpun telah tiba ingin rasanya pulang tapi masih ada pekerjaan yang harus ku kerjakan disini,karena jika ada waktu luang aku harus bekerja agar bisa membantu ayah dan ibu dan juga membantu pendidikanku.
Namun tiba tiba telfonku berbunyi, kudengar isak tangis ibu yang menyuruhku pulang kalau ayah kecelakaan dan meninggal, rasanya kakiku seperti pincang sampai aku terjatuh musibah yang Allah berikan kali ini sungguh membuatku hampir putus asa.
Tanpa pikir panjang aku segera pulang, sesampainya dirumah ibu memelukku, aku menangis sejadi jadinya.
"Katakan kalau ini hanya mimpi bu" ucapku sembari menangis
Ibuku hanya memelukku tanpa berkata apapun
"Kenapa Allah tidak adil bu,aku selalu mentaati perintah-Nya tapi kenapa Allah ngambil ayah" Ujarku mulai putus asa
"Astagfirullah nak, istigfar Allah sayang sama Ayah mangkannya Allah ambil ayah,kamu sendirikan yang sering bilang ke ibu,disetiap musibah pasti suatu saat akan ada anugrah, istigfar nak"
"Astagfirullah'al adzim maafkan aku bu, maafkan aku ya Allah"
Aku mencoba ikhlas atas kepergian ayah, dan segera kulanjutkan program sarjanaku karna itu sebagian mimpi ayah padaku.
Sepuluh hari kepergian ayah aku segera kembali ke jogja karna liburanku sudah berakhir berat rasanya meninggalkan ibu tapi justru ibu malah menguatkanku.
Sesampainya dijogja dinda memelukku, dan pelukan dinda membuatku terharu dan menangis kembali.
"Yang sabar ya ra"ucap dinda
"Iyah din makasih yah"
"Oh iyah kamu dicariin kak rizki tadi"
"Kak rizki siapa din? Aku gak tau" ujarku
"Itu loh yang pernah ketemu diperpus, kayanya dia suka sama kamu"
"Apaan sih din, sekalipun dia suka biar aja lah"jawabku cuek
Segera kutinggalkan dinda, tepat adzan dzuhur berbunyi aku segera kemushola, setibanya disana sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi aku segera bergabung untuk shalat berjamaah.
Ketika shalat telah selesai hatiku bertanya tanya, siapa yang menjadi imam tadi, bacaan shalatnya sungguh indah. Namun segera kutepis dengan istigfar,segera kukemas mukenahku dan meninggalkan mushola, sembari memakai sepatu tanpa sengaja aku menengok kebelakang dan melihat imam tadi setelah dia menatapku balik, aku segera pergi.
Diumurku yang sudah kepala dua aku belum pernah dekat dengan lelaki karna sedari kecil ayahku menyekolahkanku dipesantren,sempat berfikir pengen kaya remaja remaja seusiaku pacaran main kesana kemari namun aku sadar mencintai Allah lebih indah dari hal hal itu, iyah seperti itu yang ayah katakan padaku.
"Woy..! " ujar dinda mengagetkanku
"Dinda ngagetin aja"
"Habis ngelamun sih, dimushola ketemu pangeran yah"ledek dinda
"Ih nggak nggak kebiasaan deh" jawabku gugup
"Ra kenapa sih kamu takut banget jatuh cinta liat cowo aja udah kaya liat setan"
"Bukannya gitu din aku juga pengen pacaran tapi nanti setelah nikah biar berkah" jawabku membuat dinda termenung
"Udah yuk masuk nanti telat"ajakku
Akupun masuk kelas, setelah mata kuliah habis akupun pergi keperpus dan kebetulan aku bertemu lagi dengan imam dimushola tadi.
"Hayo ketahuan ngliatin siapa tuh"teriak dinda
"Ih jangan berisik nanti dimarahin, lagian aku gak ngliatin siapa siapa ko"
"Ngliatin kak rizki ya"ledek dinda
Kutatap mata dinda, dalam benakku dia rizki, dia yang nyariin aku,berarti dia juga yang waktu itu diperpus. SubhanAllah.
"Zahra! Nglamun lagi kan"ujar dinda
Akupun mengajak dinda pergi,entah kenapa dengan hatiku setiap bertemu lelaki itu jantungku berdebar tidak seperti biasanya jikalaupun ini cinta cukup aku dan Tuhan saja yang tau, biarkan kisah cintaku seperti ali dan fatimah iyah cinta dalam diam.
Kujalani hari hariku seperti biasanya kuliah kerja sampai tanpa disadari waktu begitu cepat berlalu toga yang kuidamkan bisa kukenakan, airmata haru diwajah ibu turut mengiringi kelulusanku.
"Nak kamu sudah dewasa apa kamu belum ada niatan buat menikah? " tanya ibu
"Niat selalu ada bu tapi jodoh masih on the way" jawabku membuyarkan suasana, ibupun tertawa sembari mencium keningku.
Hari ini aku pulang kekampungku meninggalkan jogja dan juga cinta yang masih rapih dalam kebungkaman, aku yakin Allah selalu punya jalan untuk mempertemukan.
Hari terus berganti,kini tugasku mengamalkan ilmuku agar dapat berfaedah,kuubah kampungku yang dulu jauh dari religius sekarang kuperkenalkan agamaku agama kita agama Islam,dan kutegaskan juga betapa pentingnya pendidikan. Secerdas apapun seseorang jika ia hanya berijazah sekolah dasar tetap saja dia diremehkan.
Ketika aku sedang mengajar tiba tiba sosok lelaki datang.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam wr. Wb" jawabku
"Zahra..! " terdengar suara dinda dari belakang laki2 itu, iyah memang itu dinda dan dia memelukku, pertemuan pertama setelah kita wisuda, dan aku baru sadar bahwa lelaki yang datang bersama dinda adalah kak rizki.
"Kamu tau dari mana aku disini din? "
"Dari ibumu ra, tadi aku kerumahmu dulu"jawab dinda
"Apa kabar ra? "Tanya kak rizki
"Alhamdulillah baik ka"jawabku singkat sembari menundukkan pandanganku
Aku tidak tau apa kak rizki juga mencintaiku atau tidak,dari dulu diapun tidak pernah mengatakan itu.
Jam ngajarpun selesai aku mengajak dinda dan kak rizki pulang kerumah.
Sesampainnya dirumah aku kaget sudah ada orang tua kak rizki yang sedang berbincang dengan ibu.
"Assalamu'alaikum bu"
"Wa'alaikum salam nak sini duduk" jawab ibu
Wajahku bingung aku menatap dinda, dinda hanya tersenyum kepadaku.
"Kamu bingung ya ra,langsung aja aku kesini buat ngelamar kamu perihal kamu nerima atau nolak itu terserah kamu aku ikhlas"ujar ka rizki
"Apa kamu yakin denganku"tanyaku
"Sangat yakin ra,kalau tidak kenapa aku bela belain dari jogja kesini" jawab kak rizki
Kutatap wajah ibu dan ibu tersenyum padaku.
"Bismillah,aku bersedia ka" jawabku
Raut muka lega terlihat pada semua orang disitu.
Selang beberapa minggu kami menikah dan rupanya ka rizki juga diam diam meyukaiku.
Kisah cinta kami memang seperti ali dan fatimah. Dan itu sangat indah.
Senai,2 Desember 2017
Sabtu, 28 Oktober 2017
BROKEN HOME
Rintik hujan membasahi tubuhku disepanjang perjalanan, entah akan kemana kulangkahkan kakiku. Tubuhku bergetar setelah kusaksikan pertengkaran orang tuaku, hatiku seperti tidak pada tempatnya. Aku takut akan sebuah perpisahan air hujan menjadi saksi kepedihanku malam itu.
Tiba tiba sebuah payung melindungi tubuhku, segera kuangkat wajahku dan kulihat wajah yang menebar senyum kecil mulai mengangkat pundakku untuk berdiri.
"Maafkan ayah" Suara lirih terdengar ditelingaku.
Airmata yang tidak bisa kubendung sedari tadi kini semakin deras.
"Jangan pergi yah, intan butuh ayah" isakku
"Ibu dan ayah sudah tidak bisa bersama lagi nak, tapi intan tenang saja. Kasih sayang ibu dan ayah masih sama seperti dulu. "
Aku segera bangkit, mungkin ini sudah masuk dalam bagian takdirku, yang harus aku lakukan sekarang hanya menerima dan mensyukuri.
Satu bulan telah berlalu, ayah sangat jauh dari penglihatanku, bahkan satu minggu sekalipun dia tidak menemuiku.
Dan dihari pentingku beliau juga tidak hadir, iyah hari ini adalah hari kelulusanku dari sekolah menengah pertama.
Kadang aku iri melihat sahabatku bersama orang tuannya, sedangkan aku hanya sendirian.
Orang tuaku sama sekali tidak ikut andil dalam pendidikanku.
Dan hari ini aku mulai belajar mandiri dari daftar disekolah sampai masalah administrasi aku harus menyicil dengan usahaku sendiri dari bekerja dipasar membantu nenek. Perpisahan mereka benar benar membuatku kesepian namun aku bersyukur Allah mengirimkan malaikat tanpa sayap. Dia adalah nenekku. Sejak ibuku menikah lagi aku tinggal bersama nenekku, walau sebenarnya aku sangat ingin tinggal dengan ayah. Namun seling beberapa bulan ayahpun menikah lagi.
Mereka bahagia bersama keluarga barunya. Bahkan mereka lupa ada satu anak yang setiap saat menunggu digerbang sekolah untuk dijemput pulang seperti teman temannya.
"Intan kok belum pulang sih? " tanya mira sahabatku
"Iyah ra bentar lagi, kamu duluan aja"
Hari semakin sore, aku masih dengan hayalanki sampai rehan datang membuyarkan lamunanku
"Woy..!! Ini udah sore kok belum pulang sih? "
"Oh kamu, ngagetin aja, nunggu jemputan" jawabku ketus
"Siapa yang mau jemput tan, tumben"
Pertanyaan rehan membuatku tertunduk sadar, siapa yang aku tunggu, sekalipun aku tidak pulang tidak akan ada yang mencariku, yang ada aku hanya akan membuat nenek khawatir.
"Eh eh kok galau, kenapa tan? Yaudah mending pulang bareng aku aja yuk"
Akhirnya akupun pulang bersama rehan
"Eh tan mampir rumahku dulu ya"
"Mau ngapain han? "
"Pamit sama ibu kan aku mau nganterin kamu, tau sendiri rumahmu jauh harus nglewatin benua sama samudra dulu, hahaha"
"Apaan sih lebay deh"
Sesampainya dirumah rehan, aku bertemu ibunya dan ibunya sangat baik padaku.
"Han kamu beruntung yah punya orang tua kaya mereka"
"Jelas tan bersyukur banget"
Mulutku diam seribu bahasa, dalam benakku selalu ada kata andai, andai...
"Udah sampe tan"
Ucap rehan mengagetkanku
"Oh udah sampe yah, makasih han"
"Ok sama sama tan, aku balik dulu yah"
"Iyah hati hati yah"
Akupun segera masuk kerumah, nenekku sudah menanti dengan penuh kecemasan
"Kenapa jam segini baru pulang ndo? "
"Maaf nek tadi gak ada angkot" alasanku
Jika ada orang yang dikirim tuhan sebagai malaikat pelindung bagiku, maka ialah wujudnya, iyah nenekku.
Orang yang selalu mengkhawatirkanku, dan menyayangiku seperti anaknya sendiri.
Semakin bulan aku semakin terbiasa tanpa orang tua. Bahkan aku lupa seperti apa kasih sayang dari orang tua. Namun aku tau suatu saat mereka akan mencariku dan merindukanku.
Sempat hampir aku putus sekolah lantaran biaya namun sekali lagi Allah membantuku, aku mendapat beasiswa sampai kelas 3.
Aku ingin menunjukkan kesemua orang bahwa tidak semua anak broken home identik dengan hal hal negatif, anak broken home juga pantas berprestasi.
Hari ini ayah menemuiku, beliau mengajakku jalan jalan. Saat itu aku yakin janji Allah tidak pernah salah ,Ia akan mengembalikkan kebahagiaan hambanya meski tidak utuh seperti dulu.
"Ayah bangga nak, gak kerasa kamu udah kelas 3,maafkan ayah yang jarang menghubungimu" ucap ayah sembari mengelus kepalaku seperti yang ia lakukan sewaktu aku kecil.
Aku tidak bisa berkata apa apa untuk membalas ucapan ayah. Aku hanya bisa menebar senyum kecil dibibirku.
Setelah pertemuan otu ayah pergi dan tidak mendatangiku lagi begitupun dengan ibu.
Dua istana yang pernah mereka janjikan tidak bisa kudapatkan keduanya, aku tetap pada kegelapan, kesunyian dan imajinasi yang menembus khayalan.
Aku hanya ingin seperti bunga dandelion, terhempas dari satu tempat dan terbang mencari tempat lain untuk hidup bahagia.
Setelah lulus sekolah, aku memutuskan untuk bekerja keluar negeri sembari memperbaiki diri menjadi ibnu batutah sembari menunggu dikhitbah.
Meski berat meninggalkan nenek, namun beliau menguatkanku bahwa semua akan baik baik saja
"Pergilah ndo, kejar mimpimu"
Ucapan nenek padaku yang masih kuingat sampai detik ini.
Segala proses sudah selesai, akhirnya akupun tiba dinegara tetangga.
Hari demi hari kupendam rasa rinsu yang menjalar,kadang air mata keluar tidak beraturan namun kulewati itu semua dengan drama bahagia disetiap langkah.
Sepulang kerja telfonku berbunyi ternyata dari ibuku, seperti yang pernah kubilang suatu saat mereka akan mencariku walaupun yang kurasa kasih sayang yang diberikan itu berpamrih. Namun tidak mengapa selagi aku bisa akan kuberikan apa yang bisa kuberikan.
Suatu ketika saat aku sedang bekerja ada lelaki tua membantuku
"Tidak usah pak biar aku saja,bapak duduklah lagi" aku merasa iba melihat tubuh yang audah rwnta bekerja padahal dia tadi duduk,melihat aku bekerja dia membantuku,dan bapak itu berkata "saya diaini bekerja untuj biaya sekolah anak saya,agar uang yang saya berikan halal maka saya harus bekerja nak"
Mendengar perkataan itu mataku berkaca kaca,dalam benakku aku ingat andai ayahku seperti beliau.
"Kenapa nak?" tanya bapak itu
"Oh gakpapa pak,saya terharu aja"
Hari berganti hari tak terasa kontrakku akan segera habis ada niat untuk menambah kontrak namun aku ingat pada nenek yang sendirian dikampung.
Tiba tiba telfonku berdering
"Hallo Asaalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam, ada apa bu? "
"Nenekmu mau bicara tan"
"Kenapa nek? "
"Pulanglah ndo nenek kangen"
"Minggu depan intan pulang nek"
Kuputuskan untuk segera pulang, betapa twrkejutnya aku ketika sampai dibandara ada rehan yang menyambutku.
"Assalamu'alaikum bos" tuturnya meledek
"Wih dua tahun ngilang sekarang tiba tiba nongol dihadapan"
"Apa kabar tan? "
"Baik han, sukses ya sekarang"
"Eh masih gini aja kok"
"Masa sih, udah punya usaha bakso, udah jadi bos sekarang yah" ledekku
"Bentar bentar tau dari mana? "
"Nenek yang ngasih tau aku"
"Sudah sudah ayo ngobrolnya dirumah aja" ujar nenek
Sesampainya dirumah, sudah ada orang tua rehan, akupun bingung ada apa.
Lalu rehan memandangku
"Tan, kita udah kenal lama, aku pernah bilang kekamu bahwa aku tidak akan ngajak kamu pacaran namun hari ini akan aku ajak kamu kepelaminan, dihadapan orang tuaku dan orang tuamu mau kah kamu menjadi istriku"
Kutengok kebelakang ayah dan ibu tersenyum menghampiriku
"Sekarang saatnya kamu bahagia nak, maafkan ibu dan ayah selama ini jarang memberikan kasih sayang,namun yang harus kamu tau do'a kami tetap bersamamu nak" ayah dan ibu memelukku
"Intan juga selalu berdo'a sama Allah agar moment ini segera tiba,dan hari ini Allah mengijabah do'a2 intan"ujarku terharu
"Rehan jika kamu mencintaiku jangan bawa aku pergi dari rumah ini, karena aku ingin menjaga dan merawat nenek"
Rehanpun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Sejak saat itu aku merasakan kebahagiaan yang utuh dan ini lebih bahagia dari sekedar mendapatselembar ijazah SMA.
Tiba tiba sebuah payung melindungi tubuhku, segera kuangkat wajahku dan kulihat wajah yang menebar senyum kecil mulai mengangkat pundakku untuk berdiri.
"Maafkan ayah" Suara lirih terdengar ditelingaku.
Airmata yang tidak bisa kubendung sedari tadi kini semakin deras.
"Jangan pergi yah, intan butuh ayah" isakku
"Ibu dan ayah sudah tidak bisa bersama lagi nak, tapi intan tenang saja. Kasih sayang ibu dan ayah masih sama seperti dulu. "
Aku segera bangkit, mungkin ini sudah masuk dalam bagian takdirku, yang harus aku lakukan sekarang hanya menerima dan mensyukuri.
Satu bulan telah berlalu, ayah sangat jauh dari penglihatanku, bahkan satu minggu sekalipun dia tidak menemuiku.
Dan dihari pentingku beliau juga tidak hadir, iyah hari ini adalah hari kelulusanku dari sekolah menengah pertama.
Kadang aku iri melihat sahabatku bersama orang tuannya, sedangkan aku hanya sendirian.
Orang tuaku sama sekali tidak ikut andil dalam pendidikanku.
Dan hari ini aku mulai belajar mandiri dari daftar disekolah sampai masalah administrasi aku harus menyicil dengan usahaku sendiri dari bekerja dipasar membantu nenek. Perpisahan mereka benar benar membuatku kesepian namun aku bersyukur Allah mengirimkan malaikat tanpa sayap. Dia adalah nenekku. Sejak ibuku menikah lagi aku tinggal bersama nenekku, walau sebenarnya aku sangat ingin tinggal dengan ayah. Namun seling beberapa bulan ayahpun menikah lagi.
Mereka bahagia bersama keluarga barunya. Bahkan mereka lupa ada satu anak yang setiap saat menunggu digerbang sekolah untuk dijemput pulang seperti teman temannya.
"Intan kok belum pulang sih? " tanya mira sahabatku
"Iyah ra bentar lagi, kamu duluan aja"
Hari semakin sore, aku masih dengan hayalanki sampai rehan datang membuyarkan lamunanku
"Woy..!! Ini udah sore kok belum pulang sih? "
"Oh kamu, ngagetin aja, nunggu jemputan" jawabku ketus
"Siapa yang mau jemput tan, tumben"
Pertanyaan rehan membuatku tertunduk sadar, siapa yang aku tunggu, sekalipun aku tidak pulang tidak akan ada yang mencariku, yang ada aku hanya akan membuat nenek khawatir.
"Eh eh kok galau, kenapa tan? Yaudah mending pulang bareng aku aja yuk"
Akhirnya akupun pulang bersama rehan
"Eh tan mampir rumahku dulu ya"
"Mau ngapain han? "
"Pamit sama ibu kan aku mau nganterin kamu, tau sendiri rumahmu jauh harus nglewatin benua sama samudra dulu, hahaha"
"Apaan sih lebay deh"
Sesampainya dirumah rehan, aku bertemu ibunya dan ibunya sangat baik padaku.
"Han kamu beruntung yah punya orang tua kaya mereka"
"Jelas tan bersyukur banget"
Mulutku diam seribu bahasa, dalam benakku selalu ada kata andai, andai...
"Udah sampe tan"
Ucap rehan mengagetkanku
"Oh udah sampe yah, makasih han"
"Ok sama sama tan, aku balik dulu yah"
"Iyah hati hati yah"
Akupun segera masuk kerumah, nenekku sudah menanti dengan penuh kecemasan
"Kenapa jam segini baru pulang ndo? "
"Maaf nek tadi gak ada angkot" alasanku
Jika ada orang yang dikirim tuhan sebagai malaikat pelindung bagiku, maka ialah wujudnya, iyah nenekku.
Orang yang selalu mengkhawatirkanku, dan menyayangiku seperti anaknya sendiri.
Semakin bulan aku semakin terbiasa tanpa orang tua. Bahkan aku lupa seperti apa kasih sayang dari orang tua. Namun aku tau suatu saat mereka akan mencariku dan merindukanku.
Sempat hampir aku putus sekolah lantaran biaya namun sekali lagi Allah membantuku, aku mendapat beasiswa sampai kelas 3.
Aku ingin menunjukkan kesemua orang bahwa tidak semua anak broken home identik dengan hal hal negatif, anak broken home juga pantas berprestasi.
Hari ini ayah menemuiku, beliau mengajakku jalan jalan. Saat itu aku yakin janji Allah tidak pernah salah ,Ia akan mengembalikkan kebahagiaan hambanya meski tidak utuh seperti dulu.
"Ayah bangga nak, gak kerasa kamu udah kelas 3,maafkan ayah yang jarang menghubungimu" ucap ayah sembari mengelus kepalaku seperti yang ia lakukan sewaktu aku kecil.
Aku tidak bisa berkata apa apa untuk membalas ucapan ayah. Aku hanya bisa menebar senyum kecil dibibirku.
Setelah pertemuan otu ayah pergi dan tidak mendatangiku lagi begitupun dengan ibu.
Dua istana yang pernah mereka janjikan tidak bisa kudapatkan keduanya, aku tetap pada kegelapan, kesunyian dan imajinasi yang menembus khayalan.
Aku hanya ingin seperti bunga dandelion, terhempas dari satu tempat dan terbang mencari tempat lain untuk hidup bahagia.
Setelah lulus sekolah, aku memutuskan untuk bekerja keluar negeri sembari memperbaiki diri menjadi ibnu batutah sembari menunggu dikhitbah.
Meski berat meninggalkan nenek, namun beliau menguatkanku bahwa semua akan baik baik saja
"Pergilah ndo, kejar mimpimu"
Ucapan nenek padaku yang masih kuingat sampai detik ini.
Segala proses sudah selesai, akhirnya akupun tiba dinegara tetangga.
Hari demi hari kupendam rasa rinsu yang menjalar,kadang air mata keluar tidak beraturan namun kulewati itu semua dengan drama bahagia disetiap langkah.
Sepulang kerja telfonku berbunyi ternyata dari ibuku, seperti yang pernah kubilang suatu saat mereka akan mencariku walaupun yang kurasa kasih sayang yang diberikan itu berpamrih. Namun tidak mengapa selagi aku bisa akan kuberikan apa yang bisa kuberikan.
Suatu ketika saat aku sedang bekerja ada lelaki tua membantuku
"Tidak usah pak biar aku saja,bapak duduklah lagi" aku merasa iba melihat tubuh yang audah rwnta bekerja padahal dia tadi duduk,melihat aku bekerja dia membantuku,dan bapak itu berkata "saya diaini bekerja untuj biaya sekolah anak saya,agar uang yang saya berikan halal maka saya harus bekerja nak"
Mendengar perkataan itu mataku berkaca kaca,dalam benakku aku ingat andai ayahku seperti beliau.
"Kenapa nak?" tanya bapak itu
"Oh gakpapa pak,saya terharu aja"
Hari berganti hari tak terasa kontrakku akan segera habis ada niat untuk menambah kontrak namun aku ingat pada nenek yang sendirian dikampung.
Tiba tiba telfonku berdering
"Hallo Asaalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam, ada apa bu? "
"Nenekmu mau bicara tan"
"Kenapa nek? "
"Pulanglah ndo nenek kangen"
"Minggu depan intan pulang nek"
Kuputuskan untuk segera pulang, betapa twrkejutnya aku ketika sampai dibandara ada rehan yang menyambutku.
"Assalamu'alaikum bos" tuturnya meledek
"Wih dua tahun ngilang sekarang tiba tiba nongol dihadapan"
"Apa kabar tan? "
"Baik han, sukses ya sekarang"
"Eh masih gini aja kok"
"Masa sih, udah punya usaha bakso, udah jadi bos sekarang yah" ledekku
"Bentar bentar tau dari mana? "
"Nenek yang ngasih tau aku"
"Sudah sudah ayo ngobrolnya dirumah aja" ujar nenek
Sesampainya dirumah, sudah ada orang tua rehan, akupun bingung ada apa.
Lalu rehan memandangku
"Tan, kita udah kenal lama, aku pernah bilang kekamu bahwa aku tidak akan ngajak kamu pacaran namun hari ini akan aku ajak kamu kepelaminan, dihadapan orang tuaku dan orang tuamu mau kah kamu menjadi istriku"
Kutengok kebelakang ayah dan ibu tersenyum menghampiriku
"Sekarang saatnya kamu bahagia nak, maafkan ibu dan ayah selama ini jarang memberikan kasih sayang,namun yang harus kamu tau do'a kami tetap bersamamu nak" ayah dan ibu memelukku
"Intan juga selalu berdo'a sama Allah agar moment ini segera tiba,dan hari ini Allah mengijabah do'a2 intan"ujarku terharu
"Rehan jika kamu mencintaiku jangan bawa aku pergi dari rumah ini, karena aku ingin menjaga dan merawat nenek"
Rehanpun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Sejak saat itu aku merasakan kebahagiaan yang utuh dan ini lebih bahagia dari sekedar mendapatselembar ijazah SMA.
Senai, 28 oktober 2017
By : Ruesihdharmaayu
By : Ruesihdharmaayu
Minggu, 07 Mei 2017
CINTA DIUJUNG SENJA
CINTA DIUJUNG SENJA
Gemercik air hujan masih terdengar merdu ditelinga,semerdu
alunan musik yang berirama sampai diri ini terbawa nuansa dan ingin menari
disetiap tetes rahmatNya.
Namaku Naysila seorang gadis yang punya banyak mimpi dan
cita-cita,walau tak jarang orang orang sekitarku mencemooh dan menganggapku
hanya siratu hayal,tapi tidak mengapa. Bukankah mimpi itu perlu kalau kita
ingin maju,aku tidak memperdulikan omongan orang karna aku percaya pada diriku
dan aku pasti bisa menerjang semua aral walau mungkin ada masanya aku
jatuh,bangkit,jatuh lagi,kemudian bangkit kembali.
Hari ini hitamputih telah memudar digantikan oleh pelangi
yang indah,mentari yang mulai condong keatas mulai kembali tersenyum
menghangatkan bumi,suara adzan dzuhur sudah berkumandang dan kugerakkan kakiku
untuk menuju mushola,kebetulan rumahku sangat dekat dengan mushola jadi
kusempatkan untuk berjamaah disana.
Sesampainya disana terdengar suara yang begitu merdu
membacakan ayat-ayat sampai membuatku penasaran,usai shalat suara itu kembali
terdengar,setelah orang orang mulai satu persatu meninggalkan shaf aku masih
tetap diam sembari mendengarkan suara itu,inginku buka tirai pembatas antara
jamaah pria dan wanita tapi apa kata orang nanti,dengan penuh rasa penasaran
aku tetap duduk dan mendengarkan tanpa bergeming sedikitpun.
“Nay,tumben masih disini?” tanya bu haji
“Eh bu haji,iyah bu masih pengen disini aja” jawabku kaget
“yasudah kalau gitu ibu duluan yah”
“iyah bu silakan”
Selepas percakapanku dengan bu haji selesai suara merdu
itupun telah lenyap seketika,terdengar langkah kaki yang beranjak
keluar,kususul langkah kaki itu sampai tasbihku terjatuhpun aku tidak tau.
Namun sayang si pemilik suara merdu itu sudah melangkah
jauh,namun tidak mengapa setidaknya ada shalat ashar yang akan mempertemukan
gerutuku dalam hati.
Waktu ashar telah tiba,kusegerakan berangkat kemushola
sembari mencari tasbihku yang jatuh,namun tidak juga ketemu,setelah shalat
selesai,aku mencari lagi tasbihku yang entah kemana jatuhnya.
Tiba-tiba terdengar suara “kamu nyari apa?” suara yang sama
sekali tidak asing ditelingaku suara yang dulu sempat ada kemudian
menghilang,iyah dia yang bersuara merdu itu.
“hmm aku nyari tasbih jatuh tadi,tapi gak ketemu ketemu nih”
jawabku gugup
“ini tasbihmu?” sembari menyulurkan tangannya
“iyah ini tasbihku,terimakasih” jawabku sembari langsung
meninggalkan laki laki itu,awalnya aku ingin bertemu tapi setelah bertemu aku
malah kabur,sebenernya sih kabur juga gara gara gugup dan malu,hehehe
“tunggu...” saut laki laki itu
“alamak jantungku dagdigdugder tapi ada senengnya
juga,hahaha” gerutuku dalam hati
“nama kamu siapa?” tanya laki laki itu
“namaku Naysila biasa dipanggil Nay,kalau nama kamu siapa?”
“Namaku Fiqar”
“perasaan aku jarang lihat kamu dikampung ini,kamu bukan
orang sini yah?” tanyaku
“kamunya aja yang jarang lihat aku,aku anak bu fatma”
“anak bu haji? Mengada ngada kamu ini,orang bu haji anaknya
Cuma fita aja kok” jawabku ngotot
“yaudah kalau gak percaya,aku kakaknya fita Cuma aku jarang
dirumah aku mondok di jogja dan sekarang baru lulus”
“oh pantes,ngomong ngomong suara ngaji kamu bagus fiq”
“bisa aja,amiinn makasih nay”
Semenjak itu aku dan fiqri mulai akrab,bu hajipun menyukai
kedekatanku dengan fiqri tapi sayang tidak semua orang menyukai kedekatanku
dengan dia,banyak yang bilang kalau aku tidak pantas dengan fiqri dan itu
membuat keluargaku tidak menyetujui kedekatanku dengan dia.
Disuatu ketika,ketika aku sedang bersenda gurau bersama
sahabat sahabatku ada pesan masuk diponselku.
“kamu lagi deket sama fiqri yah?,sakit hati aku sama
kamu,dia itu mntan aku dan aku masih sayang sama dia dan kitapun masih deket
tapi gara gara kami kita jadi renggang tolonglah kamu jauhin dia”
Dan pesan itu dari kakak kelasku noval,sungguh
kecewa,sakit,tapi ya sudahlah anggap saja ini pelajaran.
Sejak saat itu mulai kujauhi fiqri,entahlah sebenarnya aku
mulai nyaman dengannya,namun jika aku memikirkan diriku sendiri banyak hati
yang terluka.
Hari berganti hari bulan berganti bulan kuputuskan untuk
pergi jauh dari kehidupan fiqri,namun Tuhan masih memberi jalan untuk
kami,disuatu kesempatan kami bertemu,namun hanya senyap tanpa suara
sedikitpun,dan aku mulai membuka keheningan.
“apa kabar fiq?”
“Alhamdulillah baik nay,kamu sendiri?”
“akupun baik ko”
Suasana mulai hening kembali,entah apa yang aku rasa aku
ingin mengatakan banyak hal tapi mulutku tetap membungkam.
“kenapa akhir akhir ini kamu jauhin aku?” tanya fiqri
“terkadang kita harus menjaga jarak dengan orang yang sudah
mempunyai pasangan fiq” jawabku
“maksudmu apa?” tanya fiqri heran
“kamu balikan lagikan sama ka noval? Aku hanya gak mau
ngancurin kebahagiaan atau bahkan jadi figuran sekalipun aku gak mau fiq,ka
noval juga tadi udah meringatin aku kok buat jauhin kamu”
“aku gak balikan nay,lagian dia udah lama jadi masalalu ku. Terserah
kamu mau percaya apa nggak tapi aku bicara jujur”
“aku gak tau mana yang benar mana yang salah dan aku gak tau
mau percaya sama siapa,aku pamit dulu yah,Assalamu’alaikum” akupun pergi
meninggalkan fiqri
“wa’alaikumsalam wr.wb”
Hari ini kudatangi mushola,mushola yang mempertemukan aku
dengan fiqri sampai aku mulai merasakan aku telah jatuh cinta padanya,dan
mushola ini juga yang menjadi saksi setiap pertemuan pasti ada perpisahan dan
setiap Assalamu’alaikum pasti ada wa’alaikum salam,kuikhlaskan semuanya,tentang
cinta,tentang masa depan aku hanya bisa berusaha tapi takdirNya yang
menentukan.
Namun seiring berjalanya waktu,presepsiku tentang fiqri yang
memilih ka noval ternyata salah,diamnya selama ini,hilangnya dia selama ini
hanya semata mata memperbaiki diri dan memantapkan hati untuk memilih pilihan
hatinya.
Satu pesan masuk diponselku.
“Assalamu’alaikum,maaf aku ganggu kamu lagi tapi ini
penting,kumohon temui aku dimushola sekarang”
Antara ragu dan bimbang datang atau tidak,tapi apa salahnya
datang toh dimushola juga,kulangkahkan kaki,sesampainya disana fiqri sudah
menunggu diteras mushola.
“ada apa fiq?” tanyaku langsung to the point
“aku tau mungkin aku salah selama ini memberi harapan kepada
dua wanita tapi sungguh aku tak ada niat seperti itu,aku hanya ingin
bersilatuhrahmi dengan masalaluku dan berjabat tangan dengan masa depanku tapi
kalau kalian menganggap itu salah aku minta ma’af”
“untuk apa dibahas lagi sih fiq,udahlah gakpapa ko” jawabku
sembari tersenyum dan membalikkan badan
“tunggu nay,aku mau kamu jadi masa depanku”
“tapi cinta bukan sekedar pilihan fiq,cinta itu dari hati
bukan karna kebingungan atas pilihan,bagaimana jika pilihanmu salah? Kau akan
menyesal juga nantinya” jawabku tegas
“langit senja ini yang jadi saksi,aku tulus mencintaimu dan
aku merasa nyaman bersamamu,bukan tentang sebuah pilihan tapi ini tentang
cinta,dan akan kubuktikan keseriusanku dihadapanNYA”
Mendengar jawaban fiqri aku menangis dan yakin dia
mencintaiku,Tuhan punya banyak cara dan cerita untuk mempersatukan cinta dan
halangan seberat apapun pasti ada titik penyelesaiannya.
Langit senja tersenyum manis menyaksikan kisah cinta kami
dan sambutan adzan magrib turut mengikuti serta restu orang tua yang
menyelimuti.
Johor,06 Mei 2017
@ruesihdharmaayu
Kamis, 26 Januari 2017
KEAJAIBAN CINTA
KEAJAIBAN CINTA
Cinta,aku tidak tau dengan cara apa menjelaskannya yang
pasti hati dan jantungku tidak beraturan saat melihat wajahnya,namun biyarlah
cinta tetap cinta toh aku masih siswa sekolah menengah pertama,iyah tau apa
soal cinta katanya aku masih bau kencur. Entah mulai darimana aku jatuh
cinta,namun memang cinta membuatku jadi semangat kesekolah walaupun kupastikan
rasa kagum ini adalah cinta namun aku mencoba bersikap biasa saja setiap
bertemu dengannya karena kurasa cinta dalam diam lebih baik apalagi aku tau
orang yang aku cintai sudah memiliki cintanya sendiri.
Biarlah cinta ini hanya sebatas moodboster,walau kadang ada
ambisi memiliki namun sudahlah toh dengan melihat senyumnya saja aku sudah
senyum-senyum sendiri.
“nis kok senyum senyum sendiri sih?” ujar sahabatku sembari
menepuk pundakku
Dan seketika lamunanku buyar, “eh eh hmmm gak kok mi”
jawabku sembari gugup
“ecie yang lagi fokus,ngliatin siapa tuh?” ledek mia
“apaan sih,gak ngliatin siapa-siapa kok” ujarku mengelak
“ngliatin ka arif yah,kalau suka ngomong aja nis!” desak mia
“ihh gila aja,segitu ada cewenya” tanpa sadar akupun
keceplosan
“eciee ketahuan berarti bener dong kamu suka sama ka arif?”
ledek mia
“ih mia.. udah ah mau masuk kelas” jawabku malu-malu
Akupun segera masuk kelas,sebenarnya aku ingin menghindar
dari sahabatku mia,karena dia kalau sudah kepo mulut imutnya bisa mengeluarkan
pertanyaan lebih dari wartawan,hehehe
Jam pulangpun sudah tiba,hari ini kebetulan ada kegiatan
eskul,aku salah satu orang yang sangat menyukai ekstrakulikuler karena disitu
aku bisa menghilangkan kesepian,kebosanan dan lain sebagainya dan kebetulan
juga ka arif menjadi senior,sebenarnya dia dekat denganku sebab kita memang
dari kecil sudah dekat,namun semenjak Smp sangat jarang aku bisa
berbincang-bincang dengannya,entah apa yang membuat kita renggang.akupun tidak
sempat mengetahui alasannya.
Hari semakin berganti sampai tiba ka arif lulus,entahlah
antara suka atau tidak suka sebab tidak ada lagi moodboster yang bisa aku
jadikan alasan saat aku malas,tapi tenang saja itu tidak menyurutkan proses
belajarku,toh walaupun tidak bertemu disekolah setidaknya aku masih bisa
melihatnya dirumah.
“nis,pulang sekolah belajar bareng yuk”
“yaudah ayo mi”
“hmm nis bener kamu gak mau curhat ke aku” tanya mia
“ih ko tiba-tiba ngomongin curhat sih” jawabku ketus
“iya soalnya aku tadi baca cerpen kamu itu isinya melow
banget,hehehe” ledek mia sembari memegang buku cerpenku
“ih mia sini kembaliin” jawabku jengkel
“curhat dulu nanti baru aku kembaliin”
“iyah iyah nanti pulang sekolah yah”
“oke deh” miapun mengembalikan buku cerpenku
Jam istirahat telah tiba,seperti biasa aku selalu
menyempatkan diri diperpus sampai teman temanku memanggilku miss hemat kutu
buku,tapi aku tidak perduli toh membaca jembatan ilmu,walaupun baca novel itu
juga ada ilmunya,tapi kadang banyak orang yang gak peka soal itu.
“nis keperpus ya?” tanya mia sembari mengejarku
“iyah mi’
“curhatnya sekarang aja ya,soalnya nanti pulang sekolah aku
ada acara” bujuk mia
“hahaha ya Allah mi,lagian gak terlalu penting ngapain juga
dibahas”
“aku pengen tau aja nis cinta kamu ujungnya kaya gimana”
“belum ada endingnya mi masih ngambang,hehehe” jawabku
sembari tertawa
“yey nih anak ditanya bener-bener juga”
“sini lah masuk perpus nanti aku ceritain” jawabku
“gila kamu nanti dimarahin bu perpus lah kalau berisik”
Akhirnya aku dan mia berbincang didepan ruangan PMR
“aku memang menyukainya mi,tapi aku gak mau punya hasrat
memiliki,bukankah mencintai lebih baik diam,apalagi kita masih anak SMP. Ini
cinta atau bukan aku tidak tau sebab aku baru merasakannya,malu kalau
bertemu,senyum senyum saat melihatnya,deg degan saat didekatnya. Entahlah
mi,aku tidak ingin berlebihan pengen fokus belajar aja biyar lulus”
“oh gitu,yaudah nis aku juga mau kaya kamu ah” jawab mia
dengan muka polosnya
“hahaha woy bawa perasaan banget sih mi,jangan niru kaya
aku. Aku juga mau fokus belajar aja ko”
Aku dan miapun segera masuk kelas,mulai saat itu aku
memutuskan untuk fokus sekolah karena sebentar lagi ujian,aku belajar
mati-matian agar bisa masuk SMA,sebenarnya aku ingin satu sekolah dengan ka
arif tapi tidak sebab nanti rasa cintaku semakin menjadi-jadi.
Hari semakin berganti akupun kini sudah mengenakan seragam
putih abuabu,dan dimasa itu lebih tepatnya kelas 2 aku mulai dicintai tapi
entahlah aku masih tetap berharap pada cinta putih biruku,iyah aku masih
mengharapkan ka arif walau sebenarnya aku tau itu tidak mungkin.
“nis,ko kamu nolak rafli sih,kenapa?” tanya mia
“engkaupun tau nis bagaimana rasaku padanya,hatiku masih
menunggu sampai Allah memberi jalan”
“siapa? Ka arif? Kalau kamu gak ngomong mana dia tau nis”
ujar mia
“aku gak perduli itu mi,lihatlah cinta ali bin abi thalib
dan fatimah,cinta dalam diam. Mereka saling mencintai tapi tetap sama sama diam
sampai Allah mempersatukan”
“tapi sampe kapan nis?”
“entahlah,sudahlah gak mau bahas” jawabku mengalihkan
pembicaraan.
Berhari-hari aku menunggu,dan waktu itu entah ada angin apa
tiba-tiba ka arif mengechatku,dia curhat tentang risalah hatinya dengan orang
lain,namun aku tetap mendengarkan,sejatinya aku envy tapi mencoba tetap tenang.
Waktu itu pergantian tahun 2013 dia mengajakku melihat
meriahnya malam pergantian tahun,dan anehnya ibuku mengijinkan sementara waktu
aku meminta izin keluar malam dengan lelaki lain ibu tidak mengizinkan. Itu
yang membuatku semakin yakin kalau ibupun menyukai laki-laki ini. Jika dia saja
bisa merebut hati ibu apalagi hatiku.
Sejak saat itu aku mulai dekat dengan ka Arif,saking
dekatnya aku mengira dia menyukaiku sampai aku sadar bahwa presepsiku itu
salah,dia tidak pernah menyukaiku,terbukti saat dia menemukan wanita yang ia
cari tanpa berpamitan dia pergi begitu saja,tapi tidakpapa aku masih stay pada
komitmenku,cinta dalam diam.
Sampai suatu hari aku menerima orang baru masuk kehatiku,dan
sejak itu kurasa keputusan yang aku ambil salah,dia sama sekali tidak
menghargai komitmen dan prinsipku maka kuputuskan untuk sendiri berharap lagi
pada cinta yang tak pasti.
2015 saat aku sudah bekerja,ka arif masuk lagi dalam kehidupanku,aku
dengan hati yang sama aku membiarkan dia masuk.Setiap dia datang padaku pasti
dia sedang patah hati,entah aku dianggapnya apa,tapi tidak apa-apa,telinga dan
mulutku masih setia mendengarkan dan memberi saran padanya.
Waktu itu aku melihat matanya berlinang karena wanita,dia
meluapkan kemarahannya pada debur ombak aku hanya diam menyaksikan orang yang
aku suka patah hati,dibilang sakit jelas sakit,iyah bagaimana tidak aku tidak
tega melihat orang yang aku suka disakiti walaupun aku tau hatiku jauh lebih
sakit.
Setelah pertemuan itu dia menghilang kembali,dan aku tau dia
bahagia dengan pujaan hatinya,aku hanya bisa tersenyum,tidak mengapa hatiku
terluka asal orang yang aku suka bahagia.
Akupun memberanikan diri untuk pergi meninggalkan
pulau,sangat jauh kubawa hatiku pergi.
Mengais pundi-pundi rezeki dan mencoba menghibur diri,2016
kisah cintaku mulai hambar kuputuskan untuk melangkah sendirian,sepi memang
tapi aku lelah menunggu dan diberi harapan-harapan semu.
2017 cinta putih biruku mulai datang kembali pada
kehidupanku,seperti cara yang sama posisinya saat dia terluka,namun tidak
mengapa hatiku masih menerima.
Bahkan aku mulai berani mengungkapkan perasaanku,sebenarnya
malu tapi aku sudah lelah menunggu. Walaupun aku tidak tau ujungnya seperti apa
tapi saat dia bilang ‘aku mencintaimu’ rasanya hatiku lega,setidaknya cintaku
berbalas walau aku tak tau itu nyata atau sekedar bunga tidur semata.
“kenapa kamu menerimaku begitu cepat” tanya ka arif
“itulah ajaibnya cinta saat mulutku ingin mengatakan nanti,namun
hatiku sudah mengangguk untuk memberi jawaabannya” jawaabku
“kamu aneh gak kaya cewe lain kan biasanya mikir-mikir dulu”
“aku memang aneh,tapi pantaskan pertanyaanmu itu kau
lontarkan andai kau tau seberapa lama aku menunggumu mengatkan itu” bisikku
dalam hati
“nis kok diam?” tanya ka arif
“gakpapa kok ka” jawabku sembari tersenyum.
Hari-hari berlalu rasanya ada yang ganjil dengan cinta
ini,hatiku masih takut kalau ini hanya sementara,sebab aku tau masalalu masih
membayanginya. Maka dari itu kuputuskan untuk tidak berlebihan,jujur aku masih
takut terluka untuk yang kesekian kalinya,namun berulang-ulang juga dia
meyakinkan.
Apa ini sebuah keajaiban,aku tak tau itu yang aku tau Allah
itu adil,dia memberi bahagia bagi hambanya yang sabar walaupun sementara. Aku
selalu sabar menunggunya dan Allah mendekatkan kami. Dan sejak saat itu
kuanggap ini keajaiban cinta.
Senai,27 januari 2017
RuesihDharmaayu
Langganan:
Komentar (Atom)
