PENJARA SUCI
Semilir
angin senja menerpa tubuhku,aku masih terdiam dalam hamparan pasir putih dan
berirama bersama debur ombak. Entahlah apa yang ada dalam fikiranku rasa
menyesal serta kecewa mengikuti setiap baris hidupku,namaku nisa tapi arti
namaku tak selaras dengan kelakuanku,aku
seperti remaja kebanyakan tergiur dengan hingar bingar dunia,tak pernah
mengingat atau memikirkan akhirat sedikitpun.
Duniaku
selalu dipenuhi sisi negatif sering bolos sekolah,bolos ngaji,pacaran dan hura-hura,pergaulan
yang membawaku pada dunia gelap sampai aku tak menghiraukan hati orang tuaku
yang banting tulang membiayaiku sekolah.
“nis pulang
yuk” ajak nita salah satu temanku
“nanti lah
agak malaman” jawabku
“emang loe
lagi kenapa?”
“loe pernah
gak sih ngerasa kalau kelakuan kita selama ini salah?” tanyaku
“loe kenapa
sih nis tiba-tiba gitu,kalau loe mikir gitu terus hidup loe gak bakal happy”
jawab nita
“gue tadi
pagi ketemu ustadzah dia ceramahin gue panjang banget,dan gue ngerasa apa yang
dia katakan itu ada benernya nit,sampe kapan kita kaya gini” ujarku sembari
menepuk pundak nita
“apaan sih
loe nis,udah ah males gue pulang duluan” ujar nita sembari menyingkirkan
tanganku dari pundaknya
Aku merasa
tidak enak pada nita akupun mengejarnya dan semua lamunanku hilang kutinggalkan
ditempat itu,fikiran menyesal dan kecewa musnah seketika dari otakku untuk
kesekian kalinya aku terbawa kedunia hitam lagi.
“nis jam
segini kok baru pulang?” tanya mamah yang menungguku didepan pintu
“cape mah
aku ngantuk,introgasinya besok aja!” jawabku ketus
“kamu tuh
perempuan gak pantes pulang larut malam kaya gini,malu sama tetangga”
Celotehan
mamah sama sekali tidakku dengar,aku segera masuk kamar dan tidur.
Keesokan
harinya aku bersiap untuk kesekolah,nita menjemputku,sebenarnya mamah
melarangku bergaul dengan nita tapi aku tetap tak mendengarkannya.
Diperjalanan
nita mengajakku nongkrong dicaffe, aku yang masih labil mengikutinya dan untuk
kesekian kalinya aku bolos sekolah.
Sesampainya
dicaffe pacar nita sudah disana pemandangan seperti ini sudah tidak asing dalam
hidupku,pelukan,ciuman nita sering melakukannya didepanku,dia selalu menyuruhku
melakukan apa yang dia lakukan,tapi sungguh dalam hati kecilku aku tidak ingin
larut dalam dunia seperti ini,namun sampai detik ini aku belum bisa menjemput
hidayahku.
“nis pacar
loe mana”tanya nita
“dia
selingkuh kali” jawabku bercanda
Tiba-tiba
rifki datang dibelakangku,rifki adalah pacar sekaligus sahabat tapi dia selalu
menghargaiku sebagai seorang perempuan dia tidak pernah melecehkanku seperti
apa yang pacar nita lakukan.
“rifki kok
kamu disini,gak sekolah?” tanyaku
“kamu juga
gak sekolah nis” jawab rifki sembari meledek
Waktu terus
berputar sampai tiba waktu jam pulang sekolah
“nit pulang
yuk” ajakku
“nanti lah
nis masih sore juga”
“nanti gue
dicariin mamah.”
“takut
banget loe sama mamah loe nis” ledek nita
“biar
senakal-nakalnya gue,gue masih inget orang tua gak kaya loe nit” jawabku
sembari meledek nita
“kurang asem
loe nis,yaudah ayo kita pulang”
Sesampainya
dirumah aku melihat ada wali kelasku menghampiri mamah.
“nit itu bu
dian,mampus deh gue” ujarku panik
“gimana dong
nis,gue juga takut nih”
“yaudah loe
pulang aja sana”
Nitapun
pergi meninggalkanku,aku belum berani kerumah soalnya wali kelasku masih
disitu,selang beberapa menit bu dian pergi akupun segera masuk rumah secara
diam-diam tapi tetap saja mamah tau.
“nisa! Sudah
cukup tingkahmu ini sudah kelewatan,papah dan mamah menyekolahkanmu biar
menjadi wanita yang berbudi pekerti tapi kamu malah kaya gini! Mamah kecewa”
Aku hanya
terdiam dan segera masuk kamar,entah mengapa lidahku seakan kaku mengucap maaf
pada mamah,tapi dari lubuk hati aku menyesal.
Keesokkan
harinya aku bergegas kesekolah tiba-tiba mamah melarangku berangkat.
“hari ini
kamu gak usah berangkat nis”
“lah kenapa?
Nisa gak bakal bolos lagi kok” jawabku
“hari ini
kamu berangkat tapi diantar mamah dan papah” ujar mamah
“nisa udah
gede kali gak usah diantar!” jawabku ketus
“kalau udah
gede tau mana yang baik dan mana yang gak baik” ujar mamah menaikkan nada bicaranya
“yaudah-yaudah
terserah mamah aja” jawabku badmood
Akupun
berangkat bersama mamah dan papah,namun aku terkejut karena jalan yang dilewati
bukan jalan yang menuju sekolahku.
“mah ini mau
kemana sih,katanya kesekolah”tanyaku
“udah ikut
aja” jawab mamah
Akupun diam
dengan penuh banyak pertanyaan diotakku,sebenarnya aku mau dibawa kemana
jalanan yang sepi,pegunungan dan pohon-pohon rindang menghiasi setiap
perjalanan,dan tibalah kami didepan gerbang yang mirip dengan gerbang masjid.
“mah ini
tempat apa sih?” tanyaku penasaran
“ayo mamah
akan tunjukan setelah kamu masuk”
Kakiku mulai
melangkah memasuki gerbang itu,pemandangan yang sangat berbeda dari duniaku
dikota,banyak anak kecil,remaja sebayaku mereka berjalan menggenggam kitab dan
al-qur’an dan setelah itu aku sadar kalau aku dibawa kepondok pesantren.
“mah pah,aku
gak mau disini,bawa aku pulang” ujarku sambil menangis
“mamah hanya
ingin kamu menjadi lebih baik nak,belajarlah dirumah barumu ini dan pulanglah
saat kau sudah berubah”
mamah
meninggalkanku ditempat itu,sungguh aku merasa aneh dikerumunan orang-orang
berjilbab karna sebelumnya aku tidak pernah memakai jilbab.
Tiba-tiba
datang seorang ustadzah mengajakku masuk ruangan.
“namamu
siapa nak?” tanya ustadzah
“nisa bu”
jawabku singkat
“subhanallah
nama yang indah seperti orangnya” puji bu ustadzah
Aku hanya
membalasnya dengan senyum terpaksa
“selamat
bergabung dirumah suci ini nisa,oh iyah ada peraturan yang harus kamu taati
selama belajar disini diantaranya pakaian,mohon maaf sebelumnya,nisa tidak
boleh memakai pakaian pendek dan harus mengenakan jilbab dan selama disini
tidak boleh mengaktifkan hp” ujar bu ustadzah
“hp pun
tidak boleh,kenapa?”tanyaku geram
“sebab nanti
bisa mengganggu proses belajarmu”
Dan tanpa
aku sadar ternyata hpku sudah diambil mamah,sungguh antara kesal dan
marah,kenapa mamah tidak memberitahu aku dulu.
Kini dunia
baruku dimulai,yang dulu aku hanya tau hura-hura dan selalu lupa waktu disini
aku harus menggunakan setiap detiknya untuk belajar,dalam hati masih terasa tak
ikhlas,sampai pada akhirnya aku mulai beradaptasi,teman-teman baru mulai aku
temui disini dan sungguh ini sangat bertolak belakang dengan kehidupanku yang
dulu.
Hari ini aku
hendak mengaji disurau tiba-tiba langkahku terhenti disaung dekat asrama,aku
melihat ada anak kecil yang sedang mengaji bersama gurunya,aku tertarik untuk
melihatnya,sungguh hatiku teriris ketika aku mendengar huruf-huruf hijariyah
dilantunkan oleh gadis kecil itu betapa malunya diriku,aku yang sudah 18 tahun
dan mengaku beragama islam namun sama sekali tidak mempelajari tentang islam
bahkan shalat yang sebagai tiang agamapun aku jarang melakukannya,kitab al-Qur’an
yang menjadi pedoman,aku tidak mempelajarinya,dan jilbab identitas sebagai
muslimah aku tidak mengenakannya. Disitu aku menangis mengingat orang
tuaku,masalaluku sungguh penyesalan sangat aku rasakan sampai kakiku lemas
untuk berjalan.
“masya Allah
nisa kamu kenapa?” tanya bu ustadzah
Aku tidak
bisa menjawab,mulutku seakan kaku dan dalam hatiku kulantunkan kalimat sahadat
yang jarang aku ucapkan sebelumnya,bu ustadzah membawaku kesurau dan menyuruhku
minum dan istigfar.
“kamu kenapa
nis?” bu ustadzah kembali bertanya
“seluruh
bagian tubuhku bergetar bu ketika aku melihat anak kecil melantunkan ayat-ayat
al-Qur’an,aku malu atas semua kesalahanku dulu,aku ingin berubah bu” jawabku
sembari terisak-isak
“Alhamdulillah,kamu
pasti bisa berubah nak,asal ada nawaitu dari hati kecilmu” ujar bu ustadzah
menguatkanku
“aku ingin
pulang meminta maaf pada ibu dan ayah,apa aku boleh pulang dulu bu?” pintaku
“tentu saja
nak,ibu akan antar kamu menemui ibumu” jawab bu ustadzah
Keesokkan
harinya aku dan bu ustadzah pergi menuju rumahku,sesampainya disana aku
langsung memeluk mamah dan mencium kakinya.
“maafin nisa
mah,selama ini nisa durhaka selalu buat mamah marah dan menangis,sungguh nisa
menyesal,nisa sayang mamah karna Allah”
Mamahpun
menangis dan bersyukur atas perubahanku,bu ustadzah meneteskan air mata melihat
suasana haru dalam hidupku.
“kamu gak
kepesantren lagi kan nak?” tanya mamah
“ilmuku
masih belum cukup mah,aku mau menimba ilmu lagi disana dan mempelajari tentang
agamaku,nisa ingin menjadi seorang muslimah yang berguna,izinkan nisa mah.”
“tentu
nak,pergilah dan belajarlah dengan benar”
Akupun
kembali kepesantren,hidupku mulai berubah,dunia hitam kini menjadi putih,aku
tak mau lagi terjerumus dalam pergaulan yang membawaku pada jurang
kehancuran,kuputuskan untuk tidak pacaran,karna aku tau jodoh sudah ditulis di
lauhul mahfudz yang harus aku lakukan sekarang menimba ilmu dipenjara suci ini
dan mengamalkannya agar berfaedah.
Senai,04 Desember 2016