Sabtu, 03 Desember 2016

PENJARA SUCI

PENJARA SUCI

Semilir angin senja menerpa tubuhku,aku masih terdiam dalam hamparan pasir putih dan berirama bersama debur ombak. Entahlah apa yang ada dalam fikiranku rasa menyesal serta kecewa mengikuti setiap baris hidupku,namaku nisa tapi arti namaku tak selaras  dengan kelakuanku,aku seperti remaja kebanyakan tergiur dengan hingar bingar dunia,tak pernah mengingat atau memikirkan akhirat sedikitpun.
Duniaku selalu dipenuhi sisi negatif sering bolos sekolah,bolos ngaji,pacaran dan hura-hura,pergaulan yang membawaku pada dunia gelap sampai aku tak menghiraukan hati orang tuaku yang banting tulang membiayaiku sekolah.
“nis pulang yuk” ajak nita salah satu temanku
“nanti lah agak malaman” jawabku
“emang loe lagi kenapa?”
“loe pernah gak sih ngerasa kalau kelakuan kita selama ini salah?” tanyaku
“loe kenapa sih nis tiba-tiba gitu,kalau loe mikir gitu terus hidup loe gak bakal happy” jawab nita
“gue tadi pagi ketemu ustadzah dia ceramahin gue panjang banget,dan gue ngerasa apa yang dia katakan itu ada benernya nit,sampe kapan kita kaya gini” ujarku sembari menepuk pundak nita
“apaan sih loe nis,udah ah males gue pulang duluan” ujar nita sembari menyingkirkan tanganku dari pundaknya
Aku merasa tidak enak pada nita akupun mengejarnya dan semua lamunanku hilang kutinggalkan ditempat itu,fikiran menyesal dan kecewa musnah seketika dari otakku untuk kesekian kalinya aku terbawa kedunia hitam lagi.
“nis jam segini kok baru pulang?” tanya mamah yang menungguku didepan pintu
“cape mah aku ngantuk,introgasinya besok aja!” jawabku ketus
“kamu tuh perempuan gak pantes pulang larut malam kaya gini,malu sama tetangga”
Celotehan mamah sama sekali tidakku dengar,aku segera masuk kamar dan tidur.
Keesokan harinya aku bersiap untuk kesekolah,nita menjemputku,sebenarnya mamah melarangku bergaul dengan nita tapi aku tetap tak mendengarkannya.
Diperjalanan nita mengajakku nongkrong dicaffe, aku yang masih labil mengikutinya dan untuk kesekian kalinya aku bolos sekolah.
Sesampainya dicaffe pacar nita sudah disana pemandangan seperti ini sudah tidak asing dalam hidupku,pelukan,ciuman nita sering melakukannya didepanku,dia selalu menyuruhku melakukan apa yang dia lakukan,tapi sungguh dalam hati kecilku aku tidak ingin larut dalam dunia seperti ini,namun sampai detik ini aku belum bisa menjemput hidayahku.
“nis pacar loe mana”tanya nita
“dia selingkuh kali” jawabku bercanda
Tiba-tiba rifki datang dibelakangku,rifki adalah pacar sekaligus sahabat tapi dia selalu menghargaiku sebagai seorang perempuan dia tidak pernah melecehkanku seperti apa yang pacar nita lakukan.
“rifki kok kamu disini,gak sekolah?” tanyaku
“kamu juga gak sekolah nis” jawab rifki sembari meledek
Waktu terus berputar sampai tiba waktu jam pulang sekolah
“nit pulang yuk” ajakku
“nanti lah nis masih sore juga”
“nanti gue dicariin mamah.”
“takut banget loe sama mamah loe nis” ledek nita
“biar senakal-nakalnya gue,gue masih inget orang tua gak kaya loe nit” jawabku sembari meledek nita
“kurang asem loe nis,yaudah ayo kita pulang”
Sesampainya dirumah aku melihat ada wali kelasku menghampiri mamah.
“nit itu bu dian,mampus deh gue” ujarku panik
“gimana dong nis,gue juga takut nih”
“yaudah loe pulang aja sana”
Nitapun pergi meninggalkanku,aku belum berani kerumah soalnya wali kelasku masih disitu,selang beberapa menit bu dian pergi akupun segera masuk rumah secara diam-diam tapi tetap saja mamah tau.
“nisa! Sudah cukup tingkahmu ini sudah kelewatan,papah dan mamah menyekolahkanmu biar menjadi wanita yang berbudi pekerti tapi kamu malah kaya gini! Mamah kecewa”
Aku hanya terdiam dan segera masuk kamar,entah mengapa lidahku seakan kaku mengucap maaf pada mamah,tapi dari lubuk hati aku menyesal.
Keesokkan harinya aku bergegas kesekolah tiba-tiba mamah melarangku berangkat.
“hari ini kamu gak usah berangkat nis”
“lah kenapa? Nisa gak bakal bolos lagi kok” jawabku
“hari ini kamu berangkat tapi diantar mamah dan papah” ujar mamah
“nisa udah gede kali gak usah diantar!” jawabku ketus
“kalau udah gede tau mana yang baik dan mana yang gak baik” ujar mamah menaikkan nada bicaranya
“yaudah-yaudah terserah mamah aja” jawabku badmood
Akupun berangkat bersama mamah dan papah,namun aku terkejut karena jalan yang dilewati bukan jalan yang menuju sekolahku.
“mah ini mau kemana sih,katanya kesekolah”tanyaku
“udah ikut aja” jawab mamah
Akupun diam dengan penuh banyak pertanyaan diotakku,sebenarnya aku mau dibawa kemana jalanan yang sepi,pegunungan dan pohon-pohon rindang menghiasi setiap perjalanan,dan tibalah kami didepan gerbang yang mirip dengan gerbang masjid.
“mah ini tempat apa sih?” tanyaku penasaran
“ayo mamah akan tunjukan setelah kamu masuk”
Kakiku mulai melangkah memasuki gerbang itu,pemandangan yang sangat berbeda dari duniaku dikota,banyak anak kecil,remaja sebayaku mereka berjalan menggenggam kitab dan al-qur’an dan setelah itu aku sadar kalau aku dibawa kepondok pesantren.
“mah pah,aku gak mau disini,bawa aku pulang” ujarku sambil menangis
“mamah hanya ingin kamu menjadi lebih baik nak,belajarlah dirumah barumu ini dan pulanglah saat kau sudah berubah”
mamah meninggalkanku ditempat itu,sungguh aku merasa aneh dikerumunan orang-orang berjilbab karna sebelumnya aku tidak pernah memakai jilbab.
Tiba-tiba datang seorang ustadzah mengajakku masuk ruangan.
“namamu siapa nak?” tanya ustadzah
“nisa bu” jawabku singkat
“subhanallah nama yang indah seperti orangnya” puji bu ustadzah
Aku hanya membalasnya dengan senyum terpaksa
“selamat bergabung dirumah suci ini nisa,oh iyah ada peraturan yang harus kamu taati selama belajar disini diantaranya pakaian,mohon maaf sebelumnya,nisa tidak boleh memakai pakaian pendek dan harus mengenakan jilbab dan selama disini tidak boleh mengaktifkan hp” ujar bu ustadzah
“hp pun tidak boleh,kenapa?”tanyaku geram
“sebab nanti bisa mengganggu proses belajarmu”
Dan tanpa aku sadar ternyata hpku sudah diambil mamah,sungguh antara kesal dan marah,kenapa mamah tidak memberitahu aku dulu.
Kini dunia baruku dimulai,yang dulu aku hanya tau hura-hura dan selalu lupa waktu disini aku harus menggunakan setiap detiknya untuk belajar,dalam hati masih terasa tak ikhlas,sampai pada akhirnya aku mulai beradaptasi,teman-teman baru mulai aku temui disini dan sungguh ini sangat bertolak belakang dengan kehidupanku yang dulu.
Hari ini aku hendak mengaji disurau tiba-tiba langkahku terhenti disaung dekat asrama,aku melihat ada anak kecil yang sedang mengaji bersama gurunya,aku tertarik untuk melihatnya,sungguh hatiku teriris ketika aku mendengar huruf-huruf hijariyah dilantunkan oleh gadis kecil itu betapa malunya diriku,aku yang sudah 18 tahun dan mengaku beragama islam namun sama sekali tidak mempelajari tentang islam bahkan shalat yang sebagai tiang agamapun aku jarang melakukannya,kitab al-Qur’an yang menjadi pedoman,aku tidak mempelajarinya,dan jilbab identitas sebagai muslimah aku tidak mengenakannya. Disitu aku menangis mengingat orang tuaku,masalaluku sungguh penyesalan sangat aku rasakan sampai kakiku lemas untuk berjalan.
“masya Allah nisa kamu kenapa?” tanya bu ustadzah
Aku tidak bisa menjawab,mulutku seakan kaku dan dalam hatiku kulantunkan kalimat sahadat yang jarang aku ucapkan sebelumnya,bu ustadzah membawaku kesurau dan menyuruhku minum dan istigfar.
“kamu kenapa nis?” bu ustadzah kembali bertanya
“seluruh bagian tubuhku bergetar bu ketika aku melihat anak kecil melantunkan ayat-ayat al-Qur’an,aku malu atas semua kesalahanku dulu,aku ingin berubah bu” jawabku sembari terisak-isak
“Alhamdulillah,kamu pasti bisa berubah nak,asal ada nawaitu dari hati kecilmu” ujar bu ustadzah menguatkanku
“aku ingin pulang meminta maaf pada ibu dan ayah,apa aku boleh pulang dulu bu?” pintaku
“tentu saja nak,ibu akan antar kamu menemui ibumu” jawab bu ustadzah
Keesokkan harinya aku dan bu ustadzah pergi menuju rumahku,sesampainya disana aku langsung memeluk mamah dan mencium kakinya.
“maafin nisa mah,selama ini nisa durhaka selalu buat mamah marah dan menangis,sungguh nisa menyesal,nisa sayang mamah karna Allah”
Mamahpun menangis dan bersyukur atas perubahanku,bu ustadzah meneteskan air mata melihat suasana haru dalam hidupku.
“kamu gak kepesantren lagi kan nak?” tanya mamah
“ilmuku masih belum cukup mah,aku mau menimba ilmu lagi disana dan mempelajari tentang agamaku,nisa ingin menjadi seorang muslimah yang berguna,izinkan nisa mah.”
“tentu nak,pergilah dan belajarlah dengan benar”

Akupun kembali kepesantren,hidupku mulai berubah,dunia hitam kini menjadi putih,aku tak mau lagi terjerumus dalam pergaulan yang membawaku pada jurang kehancuran,kuputuskan untuk tidak pacaran,karna aku tau jodoh sudah ditulis di lauhul mahfudz yang harus aku lakukan sekarang menimba ilmu dipenjara suci ini dan mengamalkannya agar berfaedah.

                                                                                                                  Senai,04 Desember 2016